Minggu, 11 Maret 2012

Hikmah Penelitian Ruang Angkasa


Berbeda dengan penelitian ilmiah lainnya, yang juga abstrak, seperti penelitian pemercepat partikel, atau penelitian kelautan dan penelitian kutub, penelitian luar angkasa selalu dicecar pertanyaan, manfaat apa yang diberikan dari penelitian tsb? Bukan hanya usulan ekspedisi ke bulan dan planet Mars dari presiden AS, George W.Bush, yang dipertanyakan manfaatnya, juga pembangunan stasiun ruang angkasa internasional - ISS, sejak awal sudah harus menghadapi pertanyaan serupa.
Pada tahun 80-an, ketika misi ruang angkasa masih tergolong teknologi baru, Jerman menerbangkan dua misi penelitiannya, menggunakan laboratorium luar angkasa Spacelab D-1 dan D-2.

Misi melakukan rangkaian ujicoba di bidang penelitian material, biologi dan astronomi. Akan tetapi, tahun-tahun keemasan misi luar angkasa, seperti di zamannya menteri ilmu pengetahuan Jerman, Heinz Riesenhuber, sudah lama lewat. Selain itu, anggaran bagi penelitian luar angkasa juga semakin kecil. Menteri Jerman untuk pendidikan dan riset, Edelgard Bulmahn, yang dikritik sebagai menteri yang anti penelitian luar angkasa, kini menarik kebijakan tegas. Disebutkannya, ia menentang penelitian ruang angkasa, yang hanya menghambur-hamburkan uang. Dimana setelah itu tidak pernah dipertanyakan, mengapa dilakukan misi tsb ? Sasaran apa yang hendak dicapai, baik di bidang penelitian dasar maupun untuk teknologi terapan? Jika misi ruang angkasa Jerman, definisinya tetap seperti dahulu, Bulmahn menyatakan, memang benar ia menentangnya.

Penelitian yang abstrak di luar angkasa, memang jauh dari kepentingan pembayar pajak. Selain itu, hasilnya baru dapat dinikmati dalam jangka panjang. Jerman ibaratnya kehabisan nafas, di bidang teknologi luar angkasa. Jesco von Puttkamer, pakar perencana dari badan antariksa AS - NASA, menyebutkan, seringkali Jerman kehilangan minat di tengah jalan. Proyek Spacelab merupakan contoh nyata. Setelah susah payah membuat dan meluncurkannya ke luar angkasa, dalam waktu singkat, Jerman kehilangan minatnya, dan juga tidak berusaha mengembangkan perhimpunan pengguna laboratorium tsb.

Akhirnya, yang memanfaatkan dan memetik keuntungan proyek Spacelab, hanya tinggal Amerika Serikat. Hal ini ibaratnya gol bunuh diri bagi penelitian berorientasi terapan di Jerman, atau juga bagi penelitian serupa di badan antariksa Eropa-ESA. Spacelab diserahkan kepada AS secara cuma-cuma, sebagai imbalan diikutsertakannya astronot Jerman, Ulf Merbold dalam misi ruang angkasa AS pada tahun 1983. Merbold mengatakan, dalam misi Spacelab dilakukan rangkaian ujicoba untuk industri, diantaranya untuk Siemens.

Akan tetapi, pada saat itu, semua data penelitian dibuka untuk publik, dan tidak ada yang khusus dirahasiakan untuk industri. Artinya, industri Jerman tidak menarik manfaat apapun dari misi luar angkasa tsb. Hal serupa juga terjadi dengan stasiun ruang angkasa internasional - ISS. Sejauh ini, industri tidak mengetahui potensinya untuk mendukung penelitian industrial. Demikiann diungkapkan Hartmut Ripken, koordinator pemanfaatan ISS di pusat antariksa Jerman - DLR. Disebutkannya, dalam pembicaraan dengan sejumlah perusahaan, baru diketahui, perusahaan Jerman samasekali tidak mengenal potensi ISS tsb. Jika potensinya tidak dikenal, tidaklah mengherankan, tidak ada perusahaan yang datang ke DLR, meminta izin pemanfaatannya bagi penelitian terapan untuk industri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar