Senin, 30 April 2012

Interaksi Fundamental Alam Semesta


1. Gaya Nuklir Kuat atau Gaya Inti Kuat (strong nuclear force)
Gaya nuklir kuat atau gaya inti kuat adalah gaya yang menjaga inti tetap utuh, yang merupakan gaya yang paling dahsyat menurut hukum-hukum fisika.
Gaya ini menjaga proton dan neutron dalam inti atom tetap di tempatnya. Gaya ini sangat kuat sehingga nyaris menyebabkan proton dan neutron dalam inti atom saling berikatan.
Jarak gaya nuklir kuat sangat pendek, bahkan tidak dapat dirasakan pada jarak lebih dari garis tengah inti atom sehingga sepanjang itulah ukuran garis tengan inti atom.
Kekuatan ikatan tersebut disesuaikan dengan sangat teliti. Kemampuan gaya nuklir kuat lebih kuat dari pada gaya elektromagnetik (sekitar seratus kali) dan gaya gravitasi. Intensitas gaya ini pun telah diatur secara spesifik oleh Rabbul ‘Izzati agar proton dan neutron tetap berada pada jarak tertentu. Dengan kata lain akan terjadi tabrakan ataupun saling bertolakan antar proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan jika besar gaya tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan untuk membentuk inti atom. Dan tentunya alam raya ini pun tidak akan terbentuk sempurna seperti sekarang ini jika porsi yang diberikan gaya nuklir kuat tidak sesuai untuk membentuk inti atom.

2. Gaya Nuklir Lemah atau Gaya Inti Lemah (weak nuclear force)
Gaya nuklir lemah atau sering disebut juga interaksi inti lemah adalah gaya yang bertanggung jawab atas keseimbangan antara proton dan neutron dalam inti atom ketika terjadi proses peluruhan radioaktif saat inti atom yang tidak stabil membelah (fisi) menjadi dua atau lebih sehingga tidak tiba-tiba terurai atau memancarkan radisi yang berbahaya.
Dinamakan interaksi lemah karena kemampuan gaya ini lebih lemah dari pada gaya nuklir kuat dan keelektromagnetan serta lebih kuat dari pada gaya gravitasi sekitar 1025 kali.
Interaksi inti lemah juga menjadi pendorong proses peluruhan beta. Yaitu proses yang terjadi apabila sebuah neutron terasing secara tiba-tiba (menurut sains manusia dan secara sistematis serta sempurna menurut Maha Luasanya Ilmu Allah Rabbul ‘Izzati) memancarkan sebuah elektron yang dahulu dikenal sebagai sinar beta bersama antineutrino elektron yang kemudian beralih bentuk menjadi proton. Walaupun banyak elektron yang terjaga karena antineutrino elektron yang menyeimbangkan neraca. Hal ini boleh dan bisa terjadi dalam aturan kuantum.

3. Gaya Elektromagnetik (electromagnetic force)
Gaya elektromagnetik adalah gaya yang diakibatkan oleh medan elektromagnetik terhadap partikel-partikel yang bermuatan listrik. Gaya inilah yang Gaya inilah yang membuat partikel-partikel yang bermuatan listrik berlawanan saling tarik-menarik dan partikel-partikel bermuatan sama akan saling tolak-tolak menolak. Sehingga menjaga elektron-elektron dan proton-proton tetap bersama dalam sebuah atom serta menjaga atom-atom tetap bersama dalam sebuah molekul.
Perubahan kekuatan sekecil apa pun pada gaya ini dapat menyebabkan atom tidak terbentuk dikarenakan elektron-elektron terlepas jauh dari inti atom atau sebaliknya. Dan konsekwensinya alam raya ini pun tidak akan terbentuk.

4. Gaya Gravitasi (gravity)
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa dialam semesta. Fisika modern mendeskripsikan gravitasi menggunakan Teori Relativitas Umum dari Einstein (Teori yang melihat gravitasi bukan sebagai gaya, tetapi lebih sebagai manifestasi dari kelengkungan ruang dan waktu), namun hukum gravitasi universal Newton yang lebih sederhana merupakan paparan yang cukup akurat dalam kebanyakan kasus.
Gaya inilah yang menyebabkan galaksi-galaksi, planet-planet dan bintang-bintang yang berada di alam semesta ini tetap pada orbitnya masing-masing. Perubahan sekecil apapun pada gaya ini dapat menyebabkan benda-benda langit menjadi saling bertabrakan atau keluar dari orbitnya masing-masing.
sumber :  Wikipedia

Planet X Bukan Planet Nibiru

Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui?

Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng.

Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumumkan berita bahwa pencarian teoretis mereka untuk sebuah massa besar di luar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang sedikit lebih besar daripada sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil dari Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak lebih dari 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet ini bukan Nibiru, dan bukan pula bukti akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor di balik Sabuk Kuiper.
Dalam simulasi teoretis, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dari Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astrophysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu.

Kuiper Belt Objects (KBOs)

Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuiper. Kredit : NASA

Sabuk Kuiper menempati wilayah yang sangat luas di Tata Surya kita, kira-kira 30-50 SA dari Matahari, dan mengandung sejumlah besar objek-objek batuan dan metalik. Objek terbesar yang diketahui adalah planet kerdil (Plutoid) Eris. Telah lama diketahui, Sabuk Kuiper memiliki karakteristik yang aneh, yang mungkin menandakan keberadaan sebuah benda (planet) besar yang mengorbit Matahari dibalik Sabuk Kuiper. Salah satu karakterikstik tersebut adalah yang disebut dengan “Kuiper Cliff” atau Jurang Kuiper yang terdapat pada jarak 50 SA. Ini merupakan akhir dari Sabuk Kuiper yang tiba-tiba, dan sangat sedikit objek Sabuk Kuiper yang telah dapat diamati di balik titik ini. Jurang ini tidak dapat dihubungkan terhadap resonansi orbital dengan planet-planet masif seperti Neptunus, dan tampaknya tidak terjadi kesalahan (error) pengamatan. Banyak ahli astronomi percaya bahwa akhir yang tiba-tiba dalam populasi Sabuk Kuiper tersebut dapat disebabkan oleh planet yang belum ditemukan, yang mungkin sebesar Bumi. Objek inilah yang diyakini Lykawka dan Mukai, dan telah mereka perhitungkan keberadaannya.

Para peneliti Jepang ini memprediksikan sebuah objek besar, yang massanya 30-70 % massa Bumi, mengorbit Matahari pada jarak 100-200 SA. Objek ini mungkin juga dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian objek Sabuk Kuiper dan objek Trans-Neptunian (TNO) memiliki beberapa karakteristik orbital yang aneh, contohnya Sedna.

Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASA

Sejak ditemukannya Pluto pada tahun 1930, para astronom telah mencari objek lain yang lebih masif, yang dapat menjelaskan gangguan orbital yang diamati pada orbit Neptunus dan Uranus. Pencarian ini dikenal sebagai “Pencarian Planet X”, yang diartikan secara harfiah sebagai “pencarian planet yang belum teridentifikasi”. Pada tahun 1980an gangguan orbital ini dianggap sebagai kesalahan (error) pengamatan. Oleh karena itu, pencarian ilmiah akan Planet X dewasa ini adalah pencarian untuk objek Sabuk Kuiper yang besar, atau pencarian planet minor. Meskipun Planet X mungkin tidak akan sebesar massa Bumi, para peneliti masih akan tetap tertarik untuk mencari objek-objek Kuiper lain, yang mungkin seukuran Plutoid, mungkin juga sedikit lebih besar, tetapi tidak terlalu besar.

“The interesting thing for me is the suggestion of the kinds of very interesting objects that may yet await discovery in the outer solar system. We are still scratching the edges of that region of the solar system, and I expect many surprises await us with the future deeper surveys.” – Mark Sykes, Direktur Planetary Science Institute (PSI) di Arizona.

Planet X Tidaklah Menakutkan

Jadi, dari mana Nibiru ini berasal? Pada tahun 1976, sebuah buku kontroversial berjudul The Twelfth Planet atau Planet Kedua belas ditulis oleh Zecharian Sitchin. Sitchin telah menerjemahkan tulisan-tulisan kuno Sumeria yang berbentuk baji (bentuk tulisan yang diketahui paling kuno). Tulisan berumur 6.000 tahun ini mengungkapkan bahwa ras alien yang dikenal sebagai Anunnaki dari planet yang disebut Nibiru, mendarat di Bumi. Ringkas cerita, Anunnaki memodifikasi gen primata di Bumi untuk menciptakan homo sapiens sebagai budak mereka.

Ketika Anunnaki meninggalkan Bumi, mereka membiarkan kita memerintah Bumi ini hingga saatnya mereka kembali nanti. Semua ini mungkin tampak sedikit fantastis, dan mungkin juga sedikit terlalu detail jika mengingat semua ini merupakan terjemahan harfiah dari suatu tulisan kuno berusia 6.000 tahun. Pekerjaan Sitchin ini telah diabaikan oleh komunitas ilmiah sebagaimana metode interpretasinya dianggap imajinatif. Meskipun demikian, banyak juga yang mendengar Sitchin, dan meyakini bahwa Nibiru (dengan orbitnya yang sangat eksentrik dalam mengelilingi Matahari) akan kembali, mungkin pada tahun 2012 untuk menyebabkan semua kehancuran dan terror-teror di Bumi ini. Dari “penemuan” astronomis yang meragukan inilah hipotesis Kiamat 2012 Planet X didasarkan. Lalu, bagaimanakah Planet X dianggap sebagai perwujudan dari Nibiru?


Kemudian terdapat juga “penemuan katai coklat di luar Tata Surya kita” dari IRAS pada tahun 1984 dan “pengumuman NASA akan planet bermassa 4-8 massa Bumi yang sedang menuju Bumi” pada tahun 1933. Para pendukung hipotesis kiamat ini bergantung pada penemuan astronomis tersebut, sebagai bukti bahwa Nibiru sebenarnya adalah Planet X yang telah lama dicari para astronom selama abad ini. Tidak hanya itu, dengan memanipulasi fakta-fakta tentang penelitian-penelitian ilmiah, mereka “membuktikan” bahwa Nibiru sedang menuju kita (Bumi), dan pada tahun 2012, benda masif ini akan memasuki bagian dalam Tata Surya kita, menyebabkan gangguan gravitasi.
Dalam pendefinisian yang paling murni, Planet X adalah planet yang belum diketahui, yang mungkin secara teoretis mengorbit Matahari jauh di balik Sabuk Kuiper. Jika penemuan beberapa hari lalu memang akhirnya mengarah pada pengamatan sebuah planet atau Plutoid, maka hal ini akan menjadi penemuan luar biasa yang membantu kita memahami evolusi dan karakteristik misterius bagian luar Tata Surya kita.
Sumber : Universe Today

Mengapa bulan/matahari kelihatan lebih besar pada waktu pagi atau sore hari?


 Matahari tampak lebih besar di cakrawa. Kredit : wallpaper4me.com


Gejala bulan/matahari lebih besar pada saat dekat dengan cakrawala hanyalah ilusi, karena otak kita berpikir bahwa arah cakrawala lebih jauh daripada di titik kulminasi / zenith. Karena itu ketika kamu melihat Bulan / Matahari terbit di cakrawala dan perlahan -lahan naik ke zenith ia akan tampak semakin mengecil.


Fenomena ini juga dikenal sebagai Ilusi Bulan dan juga sama kasusnya dengan Matahari. Ilusi ini terjadi karena ketika Bulan / Matahari sedang di cakrawala secara tidak sadar kita membandingkannya dengan obyek latar depan seperti pohon, rumah, gunung atau kadang dengan cakrawala itu sendiri sehingga Bulan / Matahari tampak lebih besar dibanding ketika Bulan / Matahari menggantung sendirian di langit.

Kasus ilusi Bulan ini mirip atau sama dengan yang namanya ilusi Ponzo atau ilusi optik geometri dimana otak berpikir bahwa apapun yang ada di atas berada lebih jauh maka ukurannya pasti lebih besar. Tapi dalam kenyataannya ukurannya sebenarnya sama.

Ada juga yang menduga kalau ilusi tersebut terjadi karena pembiasan. Tapi, pembiasan atmosfer hanya perpengaruh pada penggepengan piringan matahari/bulan (yang justru membuat bulan/matahari lebih kecil pada sumbu vertikalnya) dan juga perubahan warna menjadi lebih merah.

Minggu, 01 April 2012

Antara Atlas, Peta dan Globe

Peta
A. PENGERTIAN PETA
Ketika kamu menggambar “peta desa” menurut imajinasimu, gambar peta desa itu tentu kamu bayangkan lebih dahulu di dalam otak. Bayangan “peta desa” beserta letak rumah, balai desa, jalan-jalan, lapangan sepak bola dan lain-lain yang masih di dalam otak disebut peta mental. Obyek yang terbayang pada peta mental hanya yang pentingpenting saja sesuai dengan kebutuhan.
Peta mental akan mudah dijelaskan kepada orang lain bila diwujudkan dalam bentuk gambar nyata, yang berupa sketsa. Namun sketsa bukanlah peta. Apabila obyek yang digambar dalam sketsa diletakkan pada posisi keruangan seperti kenampakan aslinya dengan menggunakan skala, barulah disebut peta Peta merupakan gambaran kenampakan muka bumi pada bidang datar dengan menggunakan skala. Gambar peta merupakan gambaran kenampakan muka bumi yang diperkecil dari kenyataan sebenarnya dan digambarkan dalam bentuk simbol. 2. Jenis dan Bentuk Peta a. Jenis Peta Bila kita amati peta-peta yang di jual di toko buku, ternyata terdapat bermacam-macam peta. Ada peta yang isinya menggambarkan berbagai macam kenampakan muka bumi, seperti relief, jalan raya, sungai, waduk, persawahan, perkebunan, permukiman, pelabuhan, dan lain-lain. Peta semacam ini disebut peta umum.

Termasuk dalam kelompok peta umum adalah peta ihtisar (peta dunia, peta indonesia peta kalimantan dan sebagainya) dan peta topografi . Berdasarkan skalanya, peta dibedakan: 1) Skala besar = > 1 : 25.000 2) Skala menengah = 1 : 25.000 s/d 1 : 250.000 3) Skala kecil = 1 : 250.000 s/d 1 : 1.000.000 4) Skala kadaster = < 1 : 1.000.000 Di samping itu ada peta yang sengaja disusun untuk keperluan transportasi darat, laut dan udara yang sangat berguna bagi pilot, sopir, nahkoda, atau navigator. Peta semacam ini disebut chart. Yang termasuk jenis chart adalah peta jalan, peta pelayaran, dan peta penerbangan. Di samping itu ada peta yang sengaja disusun untuk keperluan transportasi darat, laut dan udara yang sangat berguna bagi pilot, sopir, nahkoda, atau navigator. Peta semacam ini disebut chart. Yang termasuk jenis chart adalah peta jalan, peta pelayaran, dan peta penerbangan. Kecuali itu ada peta yang hanya menggambarkan suatu obyek atau satu jenis kenampakan di muka bumi. Peta semacam ini disebut peta tematik. Contoh peta tematik:
(1) peta persebaran penduduk; (2) peta arus laut, dan (3) peta angin muson di Indonesia. b. Bentuk Peta Peta yang kita pelajari di atas adalah peta dua dimensi. Peta dua dimensi berupa peta datar, seperti peta yang biasa kamu lihat pada atlas dan peta dinding. Peta dua dimensi dapat juga dibuat di atas papan atau kain atau kaca. Di samping itu ada pula peta yang dibuat dalam bentuk tiga dimensi, yaitu gunung dibuat menonjol ke atas, dataran rendah dibuat rata, danau atau rawa dibuat cekung dan lebih rendah dari daerah sekitarnya. Peta semacam ini disebut peta timbul atau peta relief. Peta timbul biasanya dibuat dari plastik, atau dibuat sendiri dengan menggunakan bubur kertas atau serbuk gergaji. Peta relief sangat penting bagi Saudaramu yang tuna netra.

3. Manfaat Peta Peta dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, yaitu: a. Mengetahui jarak satu tempat dengan tempat lainnya. Dengan jarak antara tempat yang menggunakan skala peta, kalian dapat menghitung satu dengan tempat lainnya di muka bumi. b. Mengetahui arah suatu tempat. Contoh: dengan peta Kawasan ASEAN , kita dapat mengetahui bahwa Negara Indonesia berada disebelah selatan Negara Filipina. Negara Brunei Darussalam berada di sebelah utara Kalimantan. Pulau Sulawesi berada di sebelah timur Pulau kalimantan. c. Peta dapat digunakan untuk menjelaskan kondisi lingkungan suatu tempat. Contoh: melalui peta dapat diketahui suatu wilayah berada di daerah tropis, daerah kutub, atau daerah sedang. Dengan mengetahui bahwa Antartika berada di Kutub Selatan kita dapat mengungkapkan bahwa di tempat itu suhu udaranya sangat dingin dan dimana-mana terdapat tumpukan salju. Melalui warna pada peta kita juga dapat mengetahui suatu wilayah berupa daerah datar atau bergunung-gunung. Contoh: pada peta rupa bumi, daerah dataran rendah digambar dengan warna hijau dan daerah pegunungan digambar dengan warna coklat. d. Melalui peta tematik kita dapat memperoleh data. Contoh: dari peta kepadatan penduduk kita dapat memperoleh data provinsi-provinsi mana saja yang penduduknya masih jarang dan provinsi mana yang penduduknya sangat padat. Dari peta hasil tambang, data apa yang bisa diperoleh? e. Melalui peta orang dapat memperkirakan kemungkinan usaha yang dilakukan. Bila kalian akan membuka usaha pertambakan maka lokasi (tempat) usaha yang dipilih adalah di tepi laut. Bila kita ingin membuka usaha kebun bunga, maka tempat usaha yang dipilih adalah daerah pegunungan. Tempat semacam itu hanya dapat diketahui melalui peta.

B. UNSUR-UNSUR PETA 

1. Judul Peta Setiap peta harus mencantumkan judul peta. Pada peta umum judul ini menunjukkan wilayah yang tergambar pada peta, misalnya: Pulau Kalimantan, Propinsi Sumatera Selatan, Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII 92 Propinsi Jawa Timur, dan sebagainya. Sedangkan untuk peta tematik, judul selain menyebutkan wilayah yang digambar juga mencantumkan tema yang digambarkan. Contoh: Peta Kepadatan Penduduk Sumatera Utara, Peta Hasil Tambang Kalimantan Timur dan Peta Hutan di Kalimantan Barat, 2. Skala Peta Skala adalah perbandingan antara jarak dua buah titik (tempat) di peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan. Skala merupakan bagian yang sangat penting dalam peta, oleh karena itu skala harus tercantum pada peta.
Hanya dengan bantuan skala orang dapat memperoleh ukuran jarak, dan luas wilayah dari peta yang bersangkutan. Skala dapat berujud skala angka maupun skala grafis.

a. Skala Angka (numeric) Seperti telah diungkapkan di muka bahwa peta merupakan gambaran obyek atau kenampakan muka bumi yang diperkecil dari kenyataan sebenarnya dengan menggunakan skala. Apabila Pulau Sumatera digambar sesuai dengan kenyataan aslinya maka dibutuhkan kertas seluas Pulau Sumatera. Bila seluruh kenampakan muka bumi digambar sama besar dengan kenyataan sebenarnya maka akan dibutuhkan kertas yang luasnya sama dengan luas muka bumi. Soal Latihan Di Kantor Kelurahan terdapat Peta Kelurahan dengan skala 1 :100.000. Jarak kantor kelurahan dan Puskesmas 5 cm. Berapa kilometer (km) jarak sesungguhnya kedua kantor tersebut? Cara Penyelesaian: – Mula-mula ubah dulu angka skala menjadi perbandingan matematik. Skala 1 : 100.000 1 cm : 100.000 cm – berati jarak di peta 1 cm = 100.000 cm pada jarak sebenarnya sehingga jarak di peta 1 cm = 1 km pada jarak sebenarnya Jadi jarak kantor kelurahan dan Puskesmas adalah 5 km. b. Skala garis (grafis) Skala garis merupakan skala yang menggunakan ruas garis sebagai pembanding jarak.
Dari contoh tersebut artinya jarak satu ruas pada peta sebanding dengan 1 km di lapangan. Bagaimana cara menggunakan skala grafi k? Penggunaan skala grafi k justru lebih mudah dari pada skala angka. Contoh: sebuah peta tertera skala grafi k 1 cm = 1 km. Berarti jarak 1 cm di peta itu sama dengan 1 km pada jarak sebenarnya. Bila Kota P dan Kota Q di peta itu berjarak 6 cm, maka jarak kedua kota itu adalah 6 km. 3. Orientasi Peta Orientasi peta adalah petunjuk arah pada peta. Orientasi umumnya digambar dengan anak panah tegak ke atas dan pada ujungnya dibubuhi huruf U. Maksudnya sisi atau bagian atas peta adalah arah utara. Dengan demikian sisi kanan peta adalah timur, sisi kiri peta adalah barat dan sisi bawah peta adalah selatan. Sisi atas peta adalah utara.
4. Legenda Legenda adalah keterangan peta. Legenda berbeda dengan simbol peta. Perbedaannya adalah: simbol letaknya di dalam muka peta, dan gunanya untuk menggambarkan unsur atau obyek muka bumi. Sedangkan legenda, letaknya di luar muka peta dan gunanya memberi keterangan tentang arti simbol. Oleh karena itu setiap peta perlu dilengkapi dengan legenda, karena merupakan kunci untuk memahami simbol yang tergambar di dalam muka peta. Istilah lain dari legenda adalah keterangan atau petunjuk.
5. Grid peta (garis lintang dan garis bujur) Pada peta perlu dicantumkan besaran derajat garis lintang dan garis bujur (grid peta). Hal ini untuk mengetahui letak suatu tempat atau kedudukan geografisnya di permukaan bumi. Contoh : Kota Merauke terletak pada 8° LS dan 140 ° BT. Artinya Kota Merauke terletak pada 8° Lintang Selatan dan 140 ° Bujur Timur.
Grid pada peta diambil dari grid yang ada pada globe. Grid tersebut berupa garis lintang dan garis bujur. Garis vertikal adalah garis bujur atau garis meredian sedang garis horisontal adalah garis lintang.

C. INFORMASI GEOGRAFIS DARI PETA 
Seperti telah kalian pelajari bahwa peta merupakan gambaran obyek atau kenampakan muka bumi yang dapat memberikan berbagai informasi. Untuk dapat memperoleh informasi dari peta, maka kalian perlu mengetahui bahasa peta. Bahasa peta adalah informasi tepi yang terdapat dalam peta, termasuk keterangan atau legenda. Dengan mengetahui bahasa peta, kalian tidak akan mengalami kesulitan memahami makna dari obyek yang tergambar dalam peta. Informasi lainnya yang diperoleh dari peta adalah:
(a) jarak, (b) arah, (c) lokasi, (d) luas, dan (e) ketinggian.
a. Jarak Untuk dapat mengetahui jarak dua tempat pada peta diperlukan skala peta. Contoh: Berapa jarak Kota P dan Kota Q di lapangan jika jarak pada peta 5 cm dan skala peta 1 : 100.000 Skala 1 : 100.000 berarti 1 cm di peta = 100.000 cm ( 1km ) di lapangan. Berarti 5 cm di peta = 5 km di lapangan. b. Arah Bagaimana cara menentukan arah pada peta? Pada awal bab ini terdapat gambar mata angin. Pada gambar itu ditunjukkan empat arah mata angin utama yaitu: utara, timur, selatan dan barat. Penentuan arah yang lebih rinci dapat menggunakan kompas atau busur derajat. c. Lokasi Menentukan lokasi suatu tempat terhadap tempat lainnya merupakan gabungan dari penentuan jarak dan arah. Contoh: Misalkan kita berada di Kota Ambon akan bepergian ke Kota Masohi di Pulau Seram.

Dimana lokasi Kota Masohi dilihat dari Kota Ambon? d. Luas Dengan menggunakan peta kalian dapat menghitung luas suatu kenam-pakan, misalnya luas hutan, sawah, perkampungan, pulau dan lain-lain. Apabila kenampakan tersebut memiliki bentuk yang teratur, seperti segi empat, segitiga, trapesium, atau bujur sangkar, maka luas kenampakan itu mudah dihitung,yaitu menggunakan rumus-rumus matematika. Akan tetapi obyek di muka bumi seringkali tidak teratur. Pengukuran luas untuk bangun yang tidak teratur digunakan cara kisi atau kotak dan potongan garis (sistem grid). 1. Mengukur Luas dengan menggunakan kisi atau kotak Gambar adalah peta perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara berskala 1: 50.000 yang akan diukur luasnya. Alat dan bahan yang dibutuhkan: • Plastik transparan • Spidol transparan • Penggaris. Kemudian ikuti langkah-langkah persiapan berikut ini:
1) Buat kotak-kotak bujur sangkar dengan sisi 1 cm pada plastik transparan dengan menggunakan spidol transparan. 2) Tumpangkan transparan tersebut di atas peta yang akan dihitung luasnya (seperti Gambar 6.5). 3) Beri nomor pada kotak bujur sangkar yang memuat peta lebih dari separo h kotak (lihat Gambar 6.5). 4) Jumlah kotak bujur sangkar yang memuat peta lebih dari separoh ada … buah ( 12 buah kotak bukan?) 5) Proses penghitungan. Pada peta, panjang sisi kotak bujur sangkar adalah 1 cm. Skala peta 1 : 50.000. Berarti panjang sisi bujur sangkar sesungguhnya = 50.000 x 1 cm = 50.000 cm atau 0,5 km. 6) Pada kenyataan sesungguhnya, luas kotak bujur sangkar kebun kelapa sawit = 0,5 km x 0,5 km = 0,25 km² 7) Jumlah kotak yang bernomor pada kebun kelapa sawit adalah 12 buah, maka luas kebun itu adalah: 12 x 0,25 km² = 3 km² 2 Mengukur luas dengan potongan garis Mengukur luas dengan potongan garis tidak jauh berbeda mengukur luas dengan kotak atau kisi. Langkah persiapan a. Buat garis-garis sejajar horisontal, pada peta yang diukur luasnya.
b. Buat garis keseimbangan pada setiap garis batas wilayah yang terletak diantara dua garis horisontal. Garis keseimbangan ini dibuat tegak lurus terhadap garis horisontal.
c. Hitung luas masing-masing segi empat yang terbentuk dari garis horisontal dan garis tegak. (Perhatikan Gb 6.8). Hitung luas masing-masing segi empat yang terbentuk dari garis horisontal dan garis tegak. (Perhatikan Gb 6.8).
e. Ketinggian atau Elevasi Bila kalian memperhatikan peta dengan teliti, kalian akan dapat mengetahui ketinggian suatu tempat. Ketinggian tempat umumnya ditunjukkan melalui simbol warna pada peta relief (bentuk muka bumi). Contoh: di daratan simbol warna yang digunakan adalah : hijau, kuning dan cokelat. Warna hijau menunjukkan dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 200 meter. Kenampakan air menggunakan warna biru. Warna biru muda menunjukkan laut dangkal dengan kedalaman kurang dari 200 meter. Keterangan tentang warna tersebut dapat dilihat pada legenda.

D. MEMPERBESAR DAN MEMPERKECIL PETA 
Tahukah kamu cara memperbesar atau memperkecil peta? Memperbesar atau memperkecil peta pada prinsipnya sama dengan mengubah skala peta. Ada beberapa cara untuk memperbesar dan memperkecil peta, tetapi yang paling mudah dilakukan dan sederhana adalah dengan cara grid bujur sangkar. Pada peta yang akan diperbesar atau diperkecil dibuat grid-grid bujur sangkar dengan ukuran tertentu. Pada secarik kertas yang lain dibuat grid-grid bujur sangkar dengan ukuran bisa lebih besar (untuk memperbesar peta) dan bisa diperkecil (untuk memperkecil peta). Salinlah gambar (peta) yang ada pada kertas yang telah dibuat gridnya. Dari gambar di samping peta A akan diperbesar dua kali. jika grid di peta A dengan jarak 1 cm maka peta B dengan jarak grid 2 cm. Untuk lebih mudah penggambaran peta B maka grid-grid di peta A dan B diberi nomor, kemudian pindahkan gambar di peta A ke kertas B sesuai dengan posisinya.
Kelemahan dari sistem grid adalah jika obyek yang akan dipindahkan terdapat di tengah kotak, apalagi kalau gridnya terlalu besar, maka sering terjadi pergeseran posisi. Untuk mengurangi kelemahan ini maka dibuat garis-garis diagonal yang fungsinya untuk mengontrol. Sistem ini disebut dengan Union Jack.
E. INFORMASI GEOGRAFIS DARI ATLAS DAN GLOBE 
a. Pengertian dan Fungsi Atlas
Atlas merupakan kumpulan peta yang dijilid sebagai sebuah buku. Nama atlas berasal dari nama dewa bangsa Yunani, yaitu Atlas, dewa yang memegang bumi di atas pundaknya. Pada umumnya peta-peta dalam atlas disusun secara teratur menurut pembagian wilayah dalam suatu negara, dan wilayah pada masing-masing benua. Dengan susunan seperti itu akan memudahkan bagi orang yang membutuhkannya. Atlas terbitan baru ada yang sudah dilengkapi dengan gambar, tabel, dan indeks untuk nama-nama yang terdapat dalam atlas. Oleh karena atlas merupakan kumpulan peta, maka atlas dapat berfungsi sebagai sumber data. Data yang dapat diperoleh dari atlas antara lain: data kependudukan, jalur transportasi, daerah wisata, hasil bumi, hasil tambang, dan lain-lain. Fungsi atlas lainnya adalah sama dengan fungsi peta. yaitu memberikan informasi tentang gambaran konvensional muka bumi. b. Jenis Atlas Di toko buku terdapat bermacam-macam atlas seperti gambar berikut ini.
Menurut tujuan dan isinya atlas dibedakan menjadi: 1. Atlas referensi, yaitu atlas yang digunakan untuk mengetahui kenampakan geografi dan batas negara (wilayah). 2. Atlas pendidikan atau atlas sekolah. Peta-peta pada atlas ini dibuat sederhana dan tidak terlalu kompleks, untuk keperluan pendidikan di sekolah. Atlas jenis ini umumnya menggambarkan pola persebaran keadaan geogafis (relief, iklim, tanah, tumbuhan, penduduk) dan memuat berbagai wilayah atau negara. 3. Atlas tematik, yang berisi peta-peta dengan tema tertentu, misalnya peta pariwisata, peta pertanian, peta persebaran penduduk, dan lain-lain. “Atlas Mira” misalnya, berupa atlas khusus memuat peta-peta geografi fisik dunia. Daftar isi memuat judul peta dan halamannya. Contoh: India …………. 11. Artinya peta India berada di halaman 11 Natuna ……….. 8. Artinya peta Natuna berada di halaman 8. Halmahera ….. 25. Artinya peta Halmahera berada di hal.25 Oleh karena itu bila kalian menggunakan atlas, mulailah dengan memperhatikan daftar isi. Dengan demikian kalian tidak akan membalik-balik atlas untuk menemukan peta atau obyek yang dicari. Pernahkah kalian menggunakan daftar isi pada atlas? Untuk membaca peta dalam atlas dicantumkan pula keterangan atau legenda. Legenda pada atlas menjelaskan simbol-simbol yang digunakan dalam atlas tersebut. Untuk peta-peta tematik penjelasan simbol yang digunakan tercantum pada lembar peta yang bersangkutan. Indeks yang tercantum dalam atlas bertujuan untuk memudahkan pengguna atlas mencari letak sebuah obyek geografi. Ada dua cara penyusunan indeks, yaitu cara koordinat dan cara kolom dan baris dalam peta. 1). Penyusunan indeks dengan cara koordinat Berikut ini adalah contoh penyusunan indeks dengan cara koordinat. Halaman garis garis
2). Penyusunan indeks dengan model kolom dan baris Berikut ini adalah contoh penyusunan indeks peta model kolom dan baris pada halaman peta.
Globe
1) Pengertian Globe Kalian tentu pernah bermain di malam hari ketika bulan purnama. Bulan di kala itu bersinar cemerlang, dan tampak bulat berkilauan. Bulan bercahaya karena memantulkan cahaya matahari yang diterimanya. Bumi bila dilihat dari ruang angkasa bentuknya juga bulat seperti bola. Tiruan bola bumi dalam bentuk kecil disebut globe. tersebut diukur dari kemiringan sumbu bumi yang membentuk sudut sebesar 66½° terhadap bidang datar (bidang horisontal). Berdasarkan penelitian para ahli ternyata bumi tidaklah bulat sempurna, tetapi pepat pada kedua kutubnya, akibat rotasi bumi. Menurut Havyford, (1909): Jari-jari bumi di ekuator = 6378 km. Jari-jari bumi di kutub = 6357 km Keliling ekuator (lintang 0°) = 24.900 mil. Keliling meredian = 24.860 mil Dimanapun kalian melihat globe tentu tidak berdiri tegak, melainkan condong atau miring terhadap bidang datar. Kemiringan bumi tersebut meniru keadaan aslinya yaitu miring terhadap bidang lintasannya ketika beredar mengelilingi matahari. Kemiringan tersebut diukur dari kemiringan sumbu bumi yang membentuk sudut sebesar 66½° terhadap bidang
2). Garis Lintang dan Garis Bujur Garis lintang dan bujur adalah jaringan garis yang saling berpotongan tegak lurus yang tergambar pada globe atau peta. Kedua garis ini berguna untuk menentukan letak suatu tempat di permukaan bumi. Garis bujur berupa garis lurus yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi. Semua garis bujur sama panjang. Garis bujur disebut juga garis meridian. Karena bumi berbentuk bulat, maka garis bujur ada 360º. Garis bujur utama, yang disebut Bujur 0° dibuat melalui Kota Greenwich, sebuah kota kecil di pinggiran Kota London, Inggris.
Garis bujur yang terletak di sebelah timur Greenwich disebut Bujur Timur (BT) dan garis bujur yang terletak di sebelah barat Greenwich disebut Bujur Barat (BB). Garis bujur timur dimulai dari Bujur 0° BT hingga 180°BT. Garis bujur barat juga dimulai dari Bujur 0° BB hingga 180°BB. Garis bujur 180° BT bertemu (berimpit) dengan garis bujur 180°BB di Samudera Pasifi k. Garis bujur tersebut merupakan garis batas tanggal internasional. Garis lintang berupa garis lurus dengan arah timur barat, membagi bumi menjadi bagian utara dan selatan. Garis ini tergambar di permukaan globe membentuk lingkaran penuh. Garis lintang yang membagi bola bumi menjadi dua bagian sama besar antara belahan bumi utara dan belahan bumi selatan adalah garis lintang 0°. Garis lintang 0° disebut juga garis katulistiwa atau garis lini atau garis ekuator. Di bumi terdapat beberapa garis lintang istimewa yaitu garis lintang 0°, 23½°, 66½°, garis lintang 90°.
Garis lintang 0° disebut garis ekuator. Garis lintang 23½° disebut garis balik, sedang garis lintang 66½° disebut garis lingkaran kutub. Garis lintang 90° adalah titik kutub. Mengapa garis lintang 23½° LU maupun 23½° LS merupakan Gambar. 6.12 Globe seperti kedudukan bumi sebenarnya (miring 66 ½°) Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII 104 garis lintang istimewa? Karena kedua garis itu merupakan batas peredaran semu matahari. Dilihat dari bumi seolah-olah matahari beredar dari ekuator menuju ke utara hingga garis lintang 23½° utara. Sampai di garis lintang ini matahari tidak terus ke utara tapi balik lagi ke selatan menuju khatulistiwa (0º), terus ke selatan sampai garis lintang 23½° selatan. Setelah sampai di garis lintang 23½° selatan matahari tidak terus ke selatan, tetapi balik lagi ke utara menuju khatulistiwa (0º) dan terus ke lintang 23½° utara lagi. Itulah sebabnya garis lintang 23½° disebut garis balik.
Bila kalian tinggal di kutub utara atau kutub selatan, kalian akan mengetahui bahwa dalam satu tahun (365 hari) hanya terdiri atas sekali siang dan sekali malam hari. Siang hari di kutub sama dengan 6 bulan di Indonesia dan malam hari di kutub sama dengan 6 bulan di In do ne sia. Matahari tidak pernah berada di atas kepala, tetapi setinggi-tingginya hanya sepenggalah (23½°). Itulah sebabnya di kutub suhu udara begitu dingin. Pada musim dingin, orang yang menangis air matanya akan segera membeku, berubah menjadi es. Dengan demikian berbahagialah menjadi bangsa In do ne sia yang selalu mengalami siang dan malam setiap hari.
3) Informasi Geografi s Dari Globe
a) Mengetahui letak astronomis suatu tempat Dengan adanya garis lintang dan garis bujur yang terdapat pada globe dapat digunakan untuk menentukan letak astronomis suatu tempat.
Contoh:
Kota A terletak di 6° LU dan 115° BT
Kota B terletak di 4° LU dan 134° BT.
Kota C terletak di 0° dan 90° BT.
Kota D terletak di 0° dan 150° BT.
Kota E terletak di 10° LS dan 110° BT
Kota F terletak di 15° LS dan 122° BT.
Kota G terletak di 20° LS dan 100° BT.
Kota H terletak di 25° LS dan 136° BT.
b) Penentuan atau perhitungan Waktu Garis bujur standard (Bujur 0°) yang melalui Greenwich merupakan garis bujur yang digunakan sebagai ukuran (patokan) perhitungan waktu di seluruh dunia, yang dikenal dengan GMT (Greenwich Meredian Time). Setiap selisih satu derajat meredian perbedaan waktunya adalah 4 menit. Dari mana angka tersebut diperoleh? Bumi berotasi pada porosnya sekali putaran (360º) membutuhkan waktu 24 jam. Maka setiap perputaran 1° dibutuhkan waktu:
Indonesia terletak antara 95º BT – 141º BT.dan dibagi menjadi 3 (tiga) daerah waktu, yaitu: (1) Waktu Indonesia Barat (WIB) Garis bujur yang dijadikan patokan untuk penentu waktu Indonesia bagian barat adalah bujur 105º BT. Dengan demikian selisih waktu dengan GMT adalah: 105 x 4 menit = 420 menit atau 7 jam. Contoh: Bila di Greenwich (0°) pukul 7.00 pagi maka di Jakarta yang berada di wilayah waktu WIB pukul 14.00. (2) Waktu Indonesia Tengah (WITA) Garis bujur yang dijadikan penentu waktu untuk Indonesia bagian tengah adalah garis bujur 120º BT. Dengan demikian selisih waktu antara WIB dengan WITA adalah : (120 – 105) x 4 menit = 60 menit atau 1 (satu) jam.
Contoh: bila Jakarta yang terletak di wilayah waktu WIB pukul 10.00 maka di Makasar, yang terletak di wilayah WITA adalah pukul 11.00. (3) Waktu Indonesia Timur (WIT) Garis bujur yang dijadikan penentu waktu untuk Indonesia bagian timur adalah garis bujur 135º BT. Oleh karena itu selisih waktu antara WIB dengan WIT adalah: (135 – 105) x 4 menit = 120 menit atau 2 (dua) jam.
Contoh : Bila di Jakarta pukul 10.00, maka di Jayapura yang terletak di wilayah waktu WIT adalah pukul 12.00. c) Musim Dengan adanya garis lintang kita dapat mengetahui tempat tempat di muka bumi yang berada di daerah tropis, daerah iklim sedang dan daerah dingin.
Di daerah tropis suhu udaranya selalu panas, dan tidak memiliki empat musin. Musim yang ada umumnya berupa musim penghujan dan musim kemarau. Di daerah lintang sedang (tengah) memiliki empat musim, yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Tempat-tempatr yang memiliki empat musim tersebut contohnya adalah Eropa, Amerika Utara, Australia, Amerika Selatan dan Afrika Selatan. Setiap musim lamanya 3 bulan. Pada musim dingin lamanya siang hari lebih pendek dari pada siang hari. Sebaliknya pada musim panas lamanya siang hari lebih panjang dari pada malam hari.
Sumber: http://www.adipedia.com/2011/04/pengertian-peta-atlas-dan-globe.html

Manfaat energi gelombang dan pasang-surut air laut


Salah satu potensi laut dan samudra yang belum banyak diketahui masyarakat umum adalah potensi energi laut dan samudra untuk menghasilkan listrik. Negara yang melakukan penelitian dan pengembangan potensi energi samudra untuk menghasilkan listrik adalah Inggris, Prancis dan Jepang.

Secara umum, potensi energi samudra yang dapat menghasilkan listrik dapat dibagi kedalam 3 jenis potensi energi yaitu energi pasang surut (tidal power), energi gelombang laut (wave energy) dan energi panas laut (ocean thermal energy). Energi pasang surut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan air laut akibat perbedaan pasang surut. Energi gelombang laut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan gelombang laut menuju daratan dan sebaliknya. Sedangkan energi panas laut memanfaatkan perbedaan temperatur air laut di permukaan dan di kedalaman. Meskipun pemanfaatan energi jenis ini di Indonesia masih memerlukan berbagai penelitian mendalam, tetapi secara sederhana dapat dilihat bahwa probabilitas menemukan dan memanfaatkan potensi energi gelombang laut dan energi panas laut lebih besar dari energi pasang surut.
Pada dasarnya pergerakan laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2 titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda di kedua titik tersebut. Mengingat sifat tersebut maka energi gelombang laut dapat dikategorikan sebagai energi terbarukan.

Gelombang laut secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang memiliki ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum (lihat gambar 1). Pada selang waktu tertentu, ketinggian puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut berbeda-beda, bahkan ketinggian puncak ini berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika diukur pada hari yang berbeda. Meskipun demikian secara statistik dapat ditentukan ketinggian signifikan gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu.
Bila waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung dari data jumlah gelombang laut yang teramati pada sebuah selang tertentu, maka dapat diketahui potensi energi gelombang laut di titik lokasi tersebut. Potensi energi gelombang laut pada satu titik pengamatan dalam satuan kw per meter berbanding lurus dengan setengah dari kuadrat ketinggian signifikan dikali waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut. Berdasarkan perhitungan ini dapat diprediksikan berbagai potensi energi dari gelombang laut di berbagai tempat di dunia. Dari data tersebut, diketahui bahwa pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar 40 kw/m

Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin generator. Karena itu sangat penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dalam mengkonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini, ada beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih.
Alternatif teknologi yang diprediksikan tepat dikembangkan di pesisir pantai selatan Pulau Jawa adalah Teknologi Tapered Channel (Tapchan). Prinsip teknologi ini cukup sederhana, gelombang laut yang datang disalurkan memasuki sebuah saluran runcing yang berujung pada sebuah bak penampung yang diletakkan pada sebuah ketinggian tertentu (lihat gambar 3). Air laut yang berada dalam bak penampung dikembalikan ke laut melalui saluran yang terhubung dengan turbin generator penghasil energi listrik. Adanya bak penampung memungkinkan aliran air penggerak turbin dapat beroperasi terus menerus dengan kondisi gelombang laut yang berubah-ubah. Teknologi ini tetap memerlukan bantuan mekanisme pasang surut dan pilihan topografi garis pantai yang tepat. Teknologi ini telah dikembangkan sejak tahun 1985.

Alternatif teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang lebih banyak dikembangkan adalah teknik osilasi kolom air (the oscillating water column). Proses pembangkitan tenaga listrik dengan teknologi ini melalui 2 tahapan proses. Gelombang laut yang datang menekan udara pada kolom air yang diteruskan ke kolom atau ruang tertutup yang terhubung dengan turbin generator. Tekanan tersebut menggerakkan turbin generator pembangkit listrik. Sebaliknya, gelombang laut yang meninggalkan kolom air diikuti oleh gerakan udara dalam ruang tertutup yang menggerakkan turbin generator pembangkit listrik. (lihat gambar 2). Variasi prinsip teknologi ini dikembangkan di Jepang dengan nama might whale technology. Di Skotlandia, Inggris Raya, telah dibangun pembangkit tenaga gelombang laut yang menggunakan teknologi ini. Pembangkit yang selesai dibangun pada tahun 2000 ini dilengkapi 2 generator dan 2 turbin counter-rotating yang mampu menghasilkan daya listrik sampai 500 kW.


Selain itu, di Denmark, dikembangkan pula teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang disebut wave dragon, prinsip kerjanya mirip dengan tapered channel. Perbedaannya pada wave dragon, saluran air dan turbin generator diletakkan di tengah bak penampung sehingga memungkinkan pembangkit di pasang tidak di pantai.

Pembangkit-pembangkit tersebut kemudian dihubungkan dengan jaringan transmisi bawah laut ke konsumen. Hal ini menyebabkan biaya instalasi dan perawatan pembangkit ini mahal. Meskipun demikian pembangkit ini tidak menyebabkan polusi dan tidak memerlukan biaya bahan bakar karena sumber penggerakknya energi alam yang bersifat terbarukan..***

Kebutuhan Energi Global Naik 60%

 
Ilustrasi. Foto: Corbis
CILACAP - Pemerintah menegaskan kebutuhan energi masyarakat dunia bisa meningkat hingga 60 persen di 2045.

Hal ini disampaikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono saat acara groundbreaking Resid Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Refinery unit IV Cilacap, di Cilacap, Rabu (28/12/2011).

"Sampai 2045, di seluruh dunia perlu tambahan pangan 70 persen dan energi 60 persen, ini menunjukkan bahwa energi semakin penting dan jadi critical untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sedunia," ujarnya.

Menurut SBY, ke depannya penduduk dunia juga akan meningkat. Sehingga kebutuhan energi juga semakin meninggi.

"Penduduk dunia tujuh miliar, diperkirakan 2045 akan jadi sembilan miliar manusia. Keperluan untuk gunakan energi di seluruh dunia juga semakin meningkat," ungkapnya.

Oleh sebab itu, tambah SBY, energi menjadi semakin penting dalam kehidupan seluruh umat manusia. "Ke depannya energi menjadi semakin penting, baik itu BBM, BBG, maupun batu bara," pungkasnya. (ade)

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Tanpa Bahan Bakar Fosil  dan Ramah Lingkungan  
Sejumlah negara maju telah memanfaatkan potensi energi gelombang laut sebagai sumber listrik. Gelombang laut tak berbeda dengan matahari dan angin yang tak akan pernah habis.


Banyak orang yang suka bertamasya ke pantai. Mereka senang melihat bi­ru­nya laut dan gelombang laut yang menggulung-gulung. Betapa indahnya pe­­mandangan tersebut. Gerakan per­mukaan air laut yang turun naik juga bisa menghibur bagi yang menyaksikannya. Betapa hebat gelombang laut yang tak henti-henti bergerak.

Ternyata di balik gelombang laut itu terdapat energi yang bisa dimanfaatkan. Kini gelombang laut telah dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit listrik. Memang berbicara pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) kurang begitu popular. Sejumlah negara telah membangun PLTGL, tetapi jumlah masih sedikit.

Sebenarnya PLTGL bukanlah sesuatu yang baru. Berdasarkan sejarahnya, pemanfaatkan gelombang laut sebagai sumber energi listrik telah dilakukan sejak abad ke-18. Berdasarkan catatan se­jarah, Girard dan anaknya dari Prancis telah menggunakan energi gelombang laut. Selanjutnya pada 1919, Bochaux-Praceique telah memanfaatkan gelombang laut untuk menggerakkan alat pembangkit listrik untuk menerangi lampu rumahnya di Royan, dekat Boedeaix, Prancis.
Apa yang dilakukannya telah menunjukkan kemajuan teknologi dalam pemanfaatan energi gelombang laut. Bahkan dia telah menggunakan perangkat teknologi yang diberi nama Oscillating Water Column untuk pertama kalinya. Tak hanya di Prancis, kalangan ilmuwan mencoba memanfaatkan energi gelombang laut. Dari 1855 hingga 1973 tercatat sekitar 340 paten mengenai teknologi pemanfaatan gelombang laut di Inggris.

Penggunaan teknologi yang ilmiah dan modern untuk pemanfaatkan energi gelombang laut dirintis oleh peneliti Jepang Yoshio Masuda pada 1940-an. Dia telah mengetes berbagai konsep dari perangkat yang memanfaatkan energi gelombang laut. Ratusan unit alat pembangkit dites untuk menghasilkan listrik yang bisa menyalakan lampu. Pada 1950, Masuda telah menghasilan konsep yang juga maju.

Tetapi sayangnya pengembangan teknologi yang memanfaatkan gelom­bang laut kurang mendapat respons. Seiring perjalanan waktu pada 1973, du­nia dilanda krisis minyak. Krisis ba­han bakar dari fosil itu kembali men­­dorong dan memacu peneliti dari berbagai universitas mencoba mengembangkan pembangkit listrik tenaga gelombang laut. Peneliti itu di antaranya Stephen Salter dari Edinburgh University, Johannes Falnes dari Norwegian Institute of Technology, Michael E. McCormick dari U. S. Naval Academy, David Evans dari Bristol University, Michael French from University of Lancaster, John Newman, serta Chiang C. Mei dari MIT.

Pembangkit listrik tenaga gelombang telah dikembangkan di Jerman. Per­usaha­an Energie Baden-Wuttemberg Ag (EnBW) bekerja sama dengan Vorth Siemen Hydro Power Generation GmbH & Co. Bermula dari EnBW melihat potensi untuk pembangkit gelombang di pantai Laut Utara. Akhirnya pemerintah Jerman merancang pilot project pembangkit listrik tenaga gelombang.
Pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) yang telah berjalan adalah PLTGL Limpet dikelola oleh Wavegen, anak perusahaan Vorth Siemen yang berbasis di Inggris. PLTGL Limpet mampu memproduksi listrik 500 kwh. Pembangkit tersebut menggunakan teknologi Oscillating Water Column (OWC) yang mengubah energi gelombang menjadi udara pendorong untuk menggerakan turbin.

Sementara itu, PLTGL yang di Jerman akan memiliki kapasitas 250 kWh. Dengan kapasitas tersebut, PLTGL tersebut dapat mengaliri listrik ke 120 rumah. Pemerintah Jerman berharap pembangunan PLTG tersebut tidak mengganggu lingkungan sekitar pantai. Oleh karena itu, EnBW menjalin kerja sama dengan proyek konservasi pantai agar pembanguan PLTGL tidak merusak keindahan alam daerah sepanjang pantai.

Pembangkit listrik gelombang laut komersial juga dikembangkan di ‘Negeri Kanguru’. Pusat PLTGL itu terletak di lepas pantai Australia. Pembangkit dengan terobosan teknologi yang masih langka itu telah memasok kebutuhan listrik sekitar 500 rumah yang berada di daerah Selatan Sydney, Australia.
Listrik baru bisa dihasilkan PLTGL jika gelombang laut datang menerpa corong yang menghadap ke lautan. Gerakan tersebut mengalirkan udara melalui dan masuk menggerakan turbin. Dari putaran turbin tersebut, sebanyak 500 kWh daya listrik dihasilkan setiap hari dan langsung disalurkan ke rumah-rumah .

Pusat PLTGL yang di Australia me­rupakan proyek percontohan. Pemerintah Australia berencana membangun PLTGL yang lebih besar dan menghasilkan listrik lebih kuat di pantai selatan Australia. Dengan pembangunan PLTGL, para ahli teknologi PLGL Australia pun mendapat kebanjiran order untuk membangunan PLTGL di beberapa negara. Hawai, Spanyol, Afrika Selatan, Cile, Meksiko, dan Amerika Serikat juga tertarik.

Perusahaan yang mengelola PLTGL, Energetech mengaku pembangkit yang masih jarang dikembangkan memiliki banyak keuntungan. John Bell, Direktur Keuangan Energetech mengatakan energi gelombang laut merupakan energi yang tidak pernah habis jika dibandingkan sumber energi lainnya. Energi gelombang laut tidak berbeda dengan energi dari matahari dan angin.
Energi gelombang laut adalah sa­tu potensi laut dan samudra yang belum banyak bisa menghasilkan listrik. Negara yang melakukan penelitian dan pengembangan potensi energi samudra untuk menghasilkan listrik adalah Inggris, Australia, Perancis, dan Jepang.

Tiga Tipe Energi

Secara umum, potensi energi gelombang laut dapat menghasilkan listrik dapat dibagi menjadi tiga tipe potensi energi yaitu energi pasang surut (tidal power), energi gelombang laut (wave energy), dan energi panas laut (ocean thermal energy). Energi pasang surut merupakan energi yang dihasilkan dari pergerakan air laut akibat perbedaan pasang surut. Energi gelombang laut adalah energi yang dihasilkan dari per­gerakan gelombang laut menuju daratan dan sebaliknya. Sedangkan energi pa­nas laut memanfaatkan per­be­daan temperatur air laut di permukaan dan di kedalaman.
Indonesia belum pemanfaatan energi gelombang laut sebagai sumber lis­trik. Memang Indonesia dengan wilayahnya yang luas, memiliki potensi mengembangkan PLTGL. Namun untuk merealisasikan hal tersebut perlu di­la­­kukan penelitian lebih mendalam. Te­tapi secara sederhana dapat dilihat bah­wa probabilitas menemukan dan memanfaatkan potensi energi ge­lombang laut dan energi panas laut lebih besar dari energi pasang surut.

Pada dasarnya pergerakan laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2 titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda di kedua titik tersebut. Dengan sifat tersebut, energi gelombang laut dapat dikategorikan sebagai energi terbarukan.
Gelombang laut secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang memiliki ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum. Pada selang waktu tertentu, ketinggian puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut berbeda-beda. Ketinggian puncak ini berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika diukur pada hari yang berbeda. Meskipun demikian, secara statistik dapat ditentukan ketinggian signifikan gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu.

Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Semakin panjang jarak fetch-nya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar. Angin juga memunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pan­tai akan mengalami perubahan bentuk disebabkan adanya perubahan ke­dalaman laut. Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, per­gerakan gelombang di bagian bawah yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari gesekan antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air akan terus melaju. Semakin menuju ke pan­tai, puncak gelombang akan semakin tajam dan lembahnya akan se­makin datar. Fenomena ini yang menyebabkan gelombang tersebut kemudian pecah.

Bila waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung dari data jumlah gelombang laut yang teramati pada sebuah selang ter­ten­tu, dapat diketahui potensi energi gelombang laut di titik lokasi tersebut. Potensi energi gelombang laut pada satu titik pengamatan dalam satuan kWh per meter berbanding lurus dengan setengah dari kuadrat ketinggian signifikan dikali waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut.
Berdasarkan perhitungan ini dapat diprediksikan berbagai potensi energi dari gelombang laut di berbagai tempat di dunia. Dari data tersebut, diketahui bahwa pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar 40 kw/m.

Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin generator. Karena itu, sangat penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dalam mengonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan.

Alternatif teknologi yang diperidiksi­kan tepat dikembangkan di pesisir pan­tai selatan Pulau Jawa adalah tek­no­logi Tapered Channel (Tapchan). Prinsip teknologi ini cukup sederhana, gelombang laut yang datang disalurkan memasuki sebuah saluran runcing yang berujung pada sebuah bak penampung yang diletakkan pada sebuah ketinggian tertentu.

Air laut yang berada dalam bak penam­pung dikembalikan ke laut melalui saluran yang terhubung dengan turbin generator penghasil energi listrik. Adanya bak penampung memungkinkan aliran air penggerak turbin dapat beroperasi terus menerus dengan kondisi gelombang laut yang berubah-ubah. Teknologi ini tetap memerlukan bantuan mekanisme pasang surut dan pilihan topografi garis pantai yang tepat. Teknologi ini telah dikembangkan sejak l985.

Alternatif teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang lebih banyak dikembangkan adalah teknik osilasi kolom air (oscillating water column). Proses pembangkitan tenaga listrik dengan teknologi ini melalui 2 tahapan proses. Gelombang laut yang datang menekan udara pada kolom air yang diteruskan ke kolom atau ruang tertutup yang terhubung dengan turbin generator. Tekanan tersebut menggerakkan turbin generator pembangkit listrik. Sebaliknya, gelombang laut yang meninggalkan kolom air diikuti oleh gerakan udara dalam ruang tertutup yang menggerakkan turbin generator pembangkit listrik.

Variasi prinsip teknologi ini dikembangkan di Jepang dengan nama might whale technology. Di Skotlandia, Inggris Raya, telah dibangun pembangkit tenaga gelombang laut yang menggunakan teknologi ini. Pembangkit yang selesai dibangun pada 2000 ini dilengkapai listrik sampai 500 kW.
Selain itu, di Denmark dikembangkan pula teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang disebut wave dragon, prinsip kerjanya mirip dengan tapered channel. Perbedaannya pada wave dragon, saluran air dan turbin generator diletakkan di tengah bak penampung sehingga memungkinkan pembangkit dipasang tidak di pantai.

Pembangkit-pembangkit tersebut kemudian dihubungkan dengan jaringan transmisi bawah laut ke konsumen. Hal ini menyebabkan biaya instansi dan perawatan pembangkit ini mahal. Meskipun demikian pembangkit ini tidak menyebabkan polusi dan tidak memerlukan biaya bahan bakar karena sumber penggeraknya energi alam yang bersifat terbarukan.