Tampilkan postingan dengan label Keajaiban Al-Qur'an. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keajaiban Al-Qur'an. Tampilkan semua postingan
Rabu, 27 Juni 2012
KITAB AL-QURAN TERJAGA KEASLIANNYA
Firman ALLAH SWT :
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui. (Qur’an Surat Al-An’am ayat 115)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Qur’an Surat Al-Hijr ayat 9)
Dalam ayat diatas merupakan janji ALLAH untuk menjaga keaslian Al-Quran, dan terbukti diseluruh belahan dunia AL-Quran telah tersebar dalam berbagai media cetak dan elektronik dan terbukti tak ada satu huruf pun yang berbeda antara musyaf Al-Quran yang ada di Indonesia dengan musyaf yang ada di amerika, eropa dan negara lainnya.
Adakah buku selain kitab suci AL-Quran yang isinya tetap sama (huruf, titik, koma) dan bertahan selama 1400 tahun tetap keasliannya???
Bukti-bukti Keaslian Al-Qur'an
Secara ilmiah, berbagai tudingan para orientalis dan misionaris yang menyerang otentisitas Al-Qur’an itu sudah terjawab buku monumental Prof Dr Muhammad Musthafa Al-A’zami The History of The Qur’anic Text, From Revelation to Compilation (edisi Indonesia: Sejarah Teks Al-Qur’an, Dari Wahyu Sampai Kompilasinya).
secara teknis, faktor keaslian Al-Qur'an terjaga bukan oleh tulisan dan manuskrip, tapi oleh banyaknya intelektual penghafal Al-Qur'an sejak zaman Nabi hingga saat ini. Sudah tak terhitung berapa juta manusia yang hafal Al-Qur'an di luar kepala tanpa salah satu titik koma pun. Dengan banyaknya para penghafal Al-Qur’an di seluruh dunia, maka Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berani berkomentar:
“Umat kita tidaklah sama dengan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang tidak mau menghafal kitab suci mereka. Bahkan seandainya seluruh mushaf itu ditiadakan, maka Al-Qur’an tetap tersimpan di hati kaum muslimin.”
Bila dibandingkan secara objektif, maka ada tiga perbedaan mendasar antara sejarah Al-Qur'an dan Bibel:
Pertama. Al-Qur’an ditulis oleh puluhan juru tulis wahyu langsung di bawah pengawasan Rasulullah SAW. Beliau mendokumentasikan Al-Qur’an dalam bentuk tertulis sejak masa turunnya wahyu. Karenanya, beliau menugaskan puluhan shahabat sebagai penulis wahyu, antara lain: Abban bin Sa’id, Abu Ayyub Al-Ansari, Abu Umamah, Abu Bakar As-Siddiq, Abu Hudzaifah, Abu Sufyan, Abu Salamah, Abu Abbas, Ubayy bin Ka’ab, Al-Arqam, Usaid bin Al-Hudair, Khalid bin Sa’id, Khalid bin Al-Walid, Az-Zubair bin Al-‘Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Tsabit, ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Umar bin Khatthab, ‘Amr ibn Al-’Ash, Mu’adz bin Jabal, Mu’awiyah, Yazid bin Abi Sufyan, dll.
Saat wahyu turun, secara rutin Rasulullah memanggil para penulis yang ditugaskan agar mencatat ayat tersebut. Dalam hal penulisan ayat yang baru turun, Nabi memiliki kebiasaan untuk meminta penulis wahyu untuk membaca ulang ayat tersebut setelah menuliskannya. Menurut Zaid bin Tsabit, jika ada kesalahan dari penulisan maka beliau yang membetulkannya, setelah selesai barulah Rasulullah membolehkan menyebarkan ayat tersebut.
Sementara Bibel ditulis dalam waktu puluhan hingga ratusan tahun sepeninggal para nabi yang menerima wahyu dari Tuhan. Sementara kitab Perjanjian Lama disusun antara tahun 1.400 sampai 400 Sebelum Masehi, sedangkan Perjanjian Baru disusun antara tahun 50-100 Masehi. Ketidakhadiran para nabi dalam proses penulisan Bibel, menjadi peluang tersendiri terhadap pemalsuan (tahrif) terhadap kitab suci.
Kedua. Al-Qur’an dihafal oleh para shahabat yang langsung belajar kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan Bibel sama sekali tidak dihafal oleh orang-orang yang mengimaninya. Ketiadaan orang yang hafal Bibel, tentunya memperbesar peluang distorsi dan pemalsuan ayat.
Ketiga. Proses pembukuan Al-Qur’an adalah penyalinan ayat-ayat yang mengacu pada tulisan dan hafalan yang ditulis dan dihafal langsung di hadapan Rasulullah SAW semasa hidupnya. Sedangkan pembukuan Alkitab mengacu pada tulisan manuscript evidence dalam bentuk papyrus, scroll, dan sebagainya. Manuskrip-manuskrip ini pun penuh dengan masalah, sebagian tidak diketahui penulisnya, sebagian lagi rusak dan tak terbaca.
Allah Menjaga Al-Qur’an
Walaupun
terjadi penyimpangan di sana-sini terhadap Al-qur’an, tetapi pada
akhirnya penyimpangan tersebut akan terkalahkan dan Allah akan
meluruskan kembali. Sungguh Allah telah menentukan hal demikian, sebagai
sunatullah, agar kita berlomba-lomba dalam beramal dan nyata antara
yang benar dan yang salah.
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran, dan Kami tentu menjaganya. (QS 15:9)
Di satu sisi banyak umat mendustakan, di satu sisi lain akan banyak umat yang membenarkan. Telah
dibuktikan secara ilmiah oleh ilmuwan-ilmuwan kaliber dunia bahwa
Al-qur’an adalah ayat-ayat yang berlaku sepanjang masa dan
penemuan-penemuan ilmiah mereka ternyata hanya membenarkan dan
memperjelas kandungan-kandungan dan hukum-hukum yang telah dicantumkan
dalam Al-qur’an.
Dia-lah
yang menjadikan matahari bersinar (sumber sinar) dan bulan bercahaya
(memantulkan cahaya) dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat, garis edar yang tetap) bagi perjalanan bulan itu, supaya
kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui
(berilmu). (Surat 10: Yunus ayat 5).
Al-qur’an
adalah proyek Allah berisi tuntunan keselamatan kehidupan universal,
dan dengan keterbatasan manusia yang hanya diberikan ilmu dan kemampuan
sedikit dan dipenuhi nafsu serakah dan selalu dikelilingi setan (manusia
dan jin) akan menjadi tersesat jika menafsirkan Al-qur’an dengan hawa
nafsunya.
Banyak cara Allah menjaga Al-Qur’an. Sejak
zaman rosulullah, ada ribuan penghafal-penghafal Al-qur’an sehingga
tidak akan ada kekeliruan penyalinan ayat, dan jika ada akan
langsung terbongkar. Apalagi sekarang, ada jutaan penghafal Al-Qur’an.
Disamping
itu, telah ditemukan rumus-rumus matematika sangat menakjubkan, jelas
diluar kemampuan manusia apalagi Muhammad yang buta huruf, dengan temuan
tersebut akan menjadikan sangat memudahkan “menemukan Al-Qur’an
Palsu”.
Sabtu, 23 Juni 2012
Mr.Jacques Yves Costeau: Masuk Islam Setelah Temukan Fenomena 'Sungai di dalam Laut'
Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan Sungai dalam Laut:
“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada
mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini
dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa
al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu
menyaksikan segala sesuatu” (QS Fushshilat 53).
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi” (QS Al Furqan 53).
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing" (QS Ar-Rahman 19-20).
::
Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
::
Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
::
PADA suatu hari ketika
sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa
kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak
bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya,
seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu memeningkan Mr.
Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar
dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan
itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus
berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan
jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan
seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil
itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua
lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan
Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan,
bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan
bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.”
Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir,
ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan
sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar
dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan
ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju
minhuma lu’lu`u wal marjaan” artinya “Keluar dari keduanya mutiara dan
marjan.” Padahal di muara sungai tidak
ditemukan mutiara.
ditemukan mutiara.
...Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam...
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar
ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban
pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini
mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman
saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang
jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita
tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad
20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab
suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar.
Dengan seketika dia pun memeluk Islam.
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut
mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin
lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang
menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
Allahu Akbar…! Mr. Costeau mendapat
hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha
Agung. Shadaqallahu Al `Azhim.Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya
hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.”
Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini
bersih kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan
membaca Al Quran.”
...Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung...
Jika anda seorang penyelam, maka anda
harus mengunjungi Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika
anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun
jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi
air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap
dengan pohon dan daun-daunan.
Setengah pengkaji mengatakan, itu
bukanlah sungai biasa, itu adalah lapisan hidrogen sulfida, nampak
seperti sungai… luar biasa bukan? Lihatlah betapa hebatnya ciptaan Allah
SWT.
Sumber Referensi :
- Buku elektronik (ebook): Bukti Kebenaran Quran, oleh Abdullah M. Al-Rehaili, Tajidu Press, Yogyakarta, 2003. Judul Asli: This is The Truth, Newly Discovered Scientific Focts Revealed in the Quran & Authentic Hadeeth (Wolrd Supreme Council for Mosques Affairs Commission on Scientific Sign of Qur’an and Sunnah at Muslim World League Makkah alMukarramah and Alharamain Islamic Poundation, Third Edition, Riyadh, 1999)
- http://www.cenoteangelita.com/cenote_info.htm
Kamis, 23 Februari 2012
fenomena Matahari, rotasi Bumi dan atmosfer planet Bumi
Manusia bisa menikmati transisi antar waktu karena “kerjasama” ketiga fenomena tersebut di atas. Matahari sebagai sumber cahaya yang sangat kuat mengirimkan cahayanya ke Bumi yang mempunyai lapisan atmosfer. Atmosfer yang berlapis-lapis, mengandung uap air, debu, aerosol dll. yang mampu memantulkan cahaya. Karena kemampuan atmosfer tersebut, ketika Matahari telah terbenam, kita masih melihat cahayanya yang dipantulkan oleh atmosfer. Begitu pula ketika Shubuh, sebelum Matahari muncul di horizon, cahayanya lebih dahulu disebarkan oleh atmosfer.
Moedji melanjutkan, bagi kita yang tinggal di daerah ekuator, fenomena interaksi cahaya Matahari dan Bumi tidaklah begitu ekstrim. Perbedaan waktu pencahayaan Matahari di lintang sekitar ekuator tidak begitu jauh. Waktu Maghrib misalkan, hanya maju-mundur beberapa menit. Namun di daerah lintang tinggi (di atas 60° LU atau di bawah 60° LS) siang dan malam tidak sama panjangnya. Apalagi di daerah kutub. Ketika Matahari berada di sebelah Utara sekitar bulan Juni, maka Kutub Utara terus menerus mengalami malam (suhu rata-rata -80 °C). Sebaliknya, Kutub Selatan Bumi mengalami siang terus menerus.
Dalam kondisi cuaca yang ekstrim seperti itu, kehidupan tentu menjadi lebih sulit. “Saya tidak bisa membayangkan bagaimana misalnya menentukan waktu Dhuha di daerah Kutub Utara,” ujar Moedji. Ketika posisinya di utara sekitar bulan Juni, di Kutub Utara Matahari hanya terlihat berputar-putar mengelilingi langit. Sama sulitnya lanjut Moedji, jika kita memaksakan masyarakat Kutub Utara melihat hilal di bulan Desember, ketika Matahari berada di selatan dan wilayah sekitar kutub mengalami malam terus menerus. “Hal-hal seperti ini tentu perlu dicari solusinya,” tukasnya.
Moedji menegaskan, fenomena rotasi Bumi dan revolusinya mengelilingi Matahari tidak bisa dicampuri keberjalanannya oleh manusia. Keberadaannya adalah bagian dari penyiapan alam ini untuk dimanfaatkan manusia. Manusia pun telah diberi pikiran, sebagai jalan memanfaatkan kedua fenomena tersebut. Penyiapan tersebut adalah bukti kekuasaan Allah yang luar biasa. Mungkin itulah hikmahnya, mengapa dalam Alquran banyak sekali tercantum ayat yang menyebut-nyebut peristiwa pagi dan petang. Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber : http://salmanitb.com
Jumat, 27 Januari 2012
Keajaiban Kota Mekah dan Madinah

Sebuah pesan pendek tersebar tentang kabar masuk Islamnya Sunita Williams, astronot wanita India pertama yang pergi ke bulan pada 2 Juli 2007 lalu.
Berita
menghebohkan ini bukanlah yang pertama, sebelumnya astronot asal
Amerika Serikat Neil Armstrong juga menyatakan dirinya masuk Islam
sekembali dari bulan. Apakah ini berita bohong? Yang jelas pihak NON
MUSLIM sangat tidak suka dengan pemberitaan ini. Lalu disebarlah kabar,
bahwa ini berita bohong.
Perlu
diketahui, Sunita Williams adalah seorang astronot kelahiran Ohio 19
September 1965 dari orang tua berketurunan India-Slovenia. Menikah
dengan Michael J. William, seorang Polisi Federal di Oregon, USA.
Sebagai astronot pertama India, dia memegang rekor perjalanan luar
angkasa untuk wanita: berada diluar angkasa terlama (195 hari), dan
berjalan diluar angkasa (29 jam, 17 menit).
Dalam
perjalanannya ke bulan, Sunita William melihat fenomena yang aneh saat
pandangannya menuju ke bumi. Ketika bagian bumi lainnya nampak gelap,
ternyata ada sebagian kecil bumi yang nampak terang yaitu MAKKAH dan MADINAH.
Sunita
mengatakan, dari atas seluruh permukaan bumi diselimuti kegelapan,
namun betapa terkejutnya ketika dengan bantuan teleskop, ada dua tempat
yang sangat berbeda, yaitu Makkah dan Madinah. Kedua tempat itu nampak
terang dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya dibelahan bumi. Masya
Allah, Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billaah.
Selain
itu, fenomena lain yang ditangkapnya adalah saat gelombang suara dari
bumi tidak mampu merambah luar angkasa, dia ternyata bisa menangkap
suara Adzan. Apakah ini suatu keanehan, atau merupakan suatu jalan dari
Allah untuk menunjukkan sisi-sisi kebenaran kepada sang Astronout?
Dikabarkan setelah peristiwa ini, Sunita Williams memeluk agama Islam.
Beberapa
tahun yang lampau, sekitar tahun 1970, Neil Amstrong pernah mengalami
hal serupa saat mendaratkan kakinya di bulan. Dikabarkan saat itu dia
mendengar sebuah suara yang dikemudian hari ia mengenalinya sebagai
SUARA ADZAN
Tepatnya
saat Neil diundang seminar di Universitas Kairo, Mesir. Di saat dia
menyampaikan makalahnya, saat adzan berkumandang menunjukkan waktu
shalat, moderator menghentikan presentasinya untuk mendengarkan adzan.
Dan Neil berseru, “Ini dia suara yang pertama kali aku dengar saat
mendarat di bulan.”
Setelah
itu, Neil Amstrong menemui salah satu profesor di universitas itu. Dia
ingin tahu banyak tentang Islam. Dan tidak lama setelah itu, dia pun
menjadi muallaf. Pemberitaan masuk Islamnya Neil Armstrong dan Sunita William belakangan menjadi polemik di masyarakat.
Tetapi
bagi kita umat muslim, tidak perlu seorang Neil Armstrong untuk
meyakinkan diri kita bahwa agama Islam adalah benar. Jika kita yakin
berada di jalan yang lurus, maka yakinlah bahwa hal itu benar. Kita
tidak perlu menggunakan nama besar Neil Armstrong untuk membenarkan
agama kita. Percayalah, nama MUHAMMAD SAW sudah cukup besar buat
kita dan dunia. Terlepas benar atau tidaknya Sunita William atau Neil
Armstrong masuk Islam sepulang dari bulan, kita berharap Allah Swt
memberi hidayah kepadanya.
Bagaimanapun
juga para missionaris (NON MUSLIM) sangat tidak suka dengan pemberitaan
ini. Padahal jika Allah menghendaki, ihwal terdengarnya suara azan di
bulan, bukanlah suatu hil yang mustahal ataupun hal yang mustahil. Bisa
saja terjadi. Dan Media Barat selamanya tidak akan pernah memberitakan
hal-hal yang dianggap bisa "MENGGUNCANGKAN UMATNYA", bukan hanya di AS,
tapi juga seluruh dunia.
Dan
sekali lagi sejarah membuktikan bahwa sekalipun Islam dituduh sebagai
"agama orang bodoh", "agama kampungan", "agama rendahan", "agama orang
miskin", atau apapun tuduhannya, tetap saja orang yang berbondong2
mengikutinya rata rata berasal dari orang2 cerdas, orang yang tidak
sekedar BERAKAL tetapi juga MEMPERGUNAKAN AKALNYA. Subhanallah, walhamdu
lillah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar.
Selasa, 24 Januari 2012
Keajaiban pada Besi

"…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia ...."
(Al Qur'an, 57:25)
Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan.
Penciptaan yang Berpasang-Pasangan

"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui." (Al Qur'an, 36:36)
Meskipun gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan
dan betina, ungkapan "maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" dalam ayat di atas memiliki
cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap.
Ilmuwan
Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi
Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut "parité", menyatakan
bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang
berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif,
dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
"…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … … dan hubungan ketidakpastian
mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam
vakum di setiap saat, di setiap tempat."
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor
melalui ledakan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian "dikirim ke bumi", persis sebagaimana
dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7,
di saat Al Qur'an diturunkan.
(http://www.2think.org/nothingness.html, Henning Genz
– Nothingness: The Science of Empty Space, s. 205)
Kamis, 01 Desember 2011
Keajaiban Al Qur’an dan Sains
Keajaiban Al Qur’an dan Sains
Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia.
Sebagai contoh ayat di bawah:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]
Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.
Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)
Langit yang mengembang (Expanding Universe)
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)
Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Gunung yang Bergerak
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]
14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika , Australia , Antartika dan India . Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India . Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22)
Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia , ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia , tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Diselamatkannya Jasad Fir’aun
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” [QS 10:92]
Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya. Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar Nabi Musa as.
Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).
Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan
Al Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaa Siin 36:36]
Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.
Sumber:
Harun Yaya
Zaghloul An-Najjar
Maurice Bucaille
Langganan:
Postingan (Atom)