
Pendahuluan
Kiblat
berasal dari bahasa Arab (
قبلة
)
adalah arah yang merujuk ke
suatu tempat dimana bangunan Ka’bah di Masjidil Haram , Makkah, Arab
Saudi. Ka’bah juga sering disebut dengan Baitullah (Rumah Allah).
Menghadap arah
Kiblat merupakan suatu masalah yang penting dalam syariat Islam. Menurut
hukum syariat, menghadap ke arah kiblat diartikan sebagai seluruh tubuh
atau badan seseorang menghadap ke arah Ka'bah yang terletak di Makkah yang
merupakan pusat tumpuan umat Islam bagi menyempurnakan ibadah-ibadah
tertentu.

Menghadap ke
arah kiblat menjadi syarat sah bagi umat Islam yang hendak menunaikan
shalat baik shalat fardhu lima waktu sehari semalam atau shalat-shalat
sunat yang lain. Kaidah dalam menentukan arah kiblat memerlukan suatu ilmu
khusus yang harus dipelajari atau sekurang-kurangnya meyakini arah yang
dibenarkan agar sesuai dengan syariat.
Hukum Arah Kiblat
Kiblat sebagai pusat
tumpuan umat Islam dalam mengerjakan ibadah dalam konsep arah terdapat
beberapa hukum yang berkaitan yang telah ditentukan secara syariat yaitu:
a. Hukum
Wajib
1.
Ketika shalat fardhu ataupun shalat sunat menghadap kiblat merupakan syarat
sahnya shalat
2.
Ketika melakukan tawaf di Baitullah.
3.
Ketika menguburkan jenazah maka harus diletakkan miring bahu kanan menyentuh
liang lahat dan muka menghadap
kiblat.
b. Hukum Sunat
Bagi yang ingin membaca
Al-Quran, berdoa, berzikir, tidur (bahu kanan dibawah) dan lain-lain yang
berkaitan.
c. Hukum Haram
Ketika membuang air besar
atau kecil di tanah lapang tanpa ada dinding penghalang.
d. Hukum
Makruh
Membelakangi arah kiblat
dalam setiap perbuatan seperti membuang air besar atau kecil dalam keadaan
berdinding, tidur menelentang sedang kaki selunjur ke arah kiblat dan
sebagainya.
Dalil Al-Quran Berkaitan Arah Kiblat

Surah
Al-Baqarah ayat 149 :
Artinya
:"Dan dari mana saja engkau keluar (untuk mengerjakan shalat)
hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah). Sesunggunya perintah
berkiblat ke Ka'bah itu benar dari Allah (tuhanmu) dan ingatlah Allah
tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan".

Surah
Al-Baqarah ayat 150:
Artinya:
"Dan dari mana saja engkau keluar (untuk mengerjakan solat) maka
hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah) dan dimana sahaja kamu
berada maka hadapkanlah muka kamu ke arahnya, supaya tidak ada lagi
sebarang alasan bagi orang yang menyalahi kamu, kecuali orang yang zalim
diantara mereka (ada saja yang mereka jadikan alasannya). Maka janganlah
kamu takut kepada cacat cela mereka dan takutlah kamu kepada-Ku
semata-mata dan supaya Aku sempurnakan nikmat-Ku kepada kamu, dan juga
supaya kamu beroleh petunjuk hidayah (mengenai perkara yang benar)".
Hadits Berkaitan Arah Kiblat

Dari
Abu Hurairah r.a.
"
Dari Abu Hurairah ra katanya : Sabda Rasulullah saw. Di antara
Timur dan Barat terletaknya kiblat (Ka'bah) ".

Dari
Anas bin Malik r.a.
"Bahwasanya Rasullullah s.a.w (pada suatu hari) sedang mendirikan solat
dengan menghadap ke Baitul Maqdis. Kemudian turunlah ayat Al-Quran:
"Sesungguhnya kami selalu melihat mukamu menengadah ke langit (berdoa
mengadap kelangit). Maka turunlah wahyu memerintahkan Baginda mengadap ke
Baitullah (Ka'bah). Sesungguhnya kamu palingkanlah mukamu ke kiblat yang
kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Kemudian seorang
lelaki Bani Salamah lalu, ketika itu orang ramai sedang ruku' pada rakaat
kedua shalat fajar. Beliau menyeru, sesungguhnya kiblat telah berubah.
Lalu mereka berpaling ke arah kiblat". ( Diriwayatkan Oleh Muslim )
Berdasarkan ayat Al Qur'an dan hadits yang telah dinyatakan maka jelaslah
bahwa menghadap arah kiblat itu merupakan satu kewajipan yang telah
ditetapkan dalam hukum atau syariat. Maka tiadalah kiblat yang lain bagi
umat Islam melainkan Ka'bah di Baitullah di Masjidil Haram.
Ijtihad Arah Kiblat
Konsep Ijtihad dalam menentukan Arah Qiblat

Arah kiblat
dalam konsep segitiga datar
Kesemua empat mazhab
yaitu Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali telah bersepakat
bahwa menghadap kiblat salah satu merupakan syarat sahnya shalat. Bagi
Mazhab Syafii telah menambah dan menetapkan tiga kaidah yang bisa
digunakan untuk memenuhi syarat menghadap kiblat yaitu:
1. Menghadap Kiblat
Yakin (Kiblat Yakin)
Seseorang yang berada di
dalam Masjidil Haram dan melihat langsung Ka'bah, wajib menghadapkan dirinya ke
Kiblat dengan penuh yakin. Ini yang juga disebut sebagai “Ainul Ka’bah”.
Kewajiban tersebut bisa dipastikan terlebih dahulu dengan melihat atau
menyentuhnya bagi orang yang buta atau dengan cara lain yang bisa digunakan
misalnya pendengaran. Sedangkan bagi seseorang yang berada dalam bangunan Ka’bah
itu sendiri maka kiblatnya adalah dinding Ka’bah.
2. Menghadap Kiblat
Perkiraan (Kiblat Dzan)
Seseorang yang berada jauh
dari Ka'bah yaitu berada diluar Masjidil Haram atau di sekitar tanah suci Mekkah
sehingga tidak dapat melihat bangunan Ka’bah, mereka wajib menghadap ke arah
Masjidil Haram sebagai maksud menghadap ke arah Kiblat secara dzan atau kiraan
atau disebut sebagai “Jihadul Ka’bah”. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan
dengan bertanya kepada mereka yang mengetahui seperti penduduk Makkah atau
melihat tanda-tanda kiblat atau “shaff” yang sudah dibuat di tempat–tempat
tersebut.
3. Menghadap Kiblat
Ijtihad (Kiblat Ijtihad)
Ijtihad arah kiblat digunakan
seseorang yang berada di luar tanah suci Makkah atau bahkan di luar negara Arab
Saudi. Bagi yang tidak tahu arah dan ia tidak dapat mengira Kiblat Dzan nya
maka ia boleh menghadap kemanapun yang ia yakini sebagai Arah Kiblat. Namun
bagi yang dapat mengira maka ia wajib ijtihad terhadap arah kiblatnya. Ijtihad
dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat dari suatu tempat yang terletak
jauh dari Masjidil Haram. Diantaranya adalah ijtihad menggunakan posisi rasi
bintang, bayangan matahari, arah matahari terbenam dan perhitungan segitiga bola
maupun pengukuran menggunakan peralatan modern.
Bagi lokasi atau tempat yang
jauh seperti Indonesia, ijtihad arah kiblat dapat ditentukan melalui perhitungan
falak atau astronomi serta dibantu pengukurannya menggunakan peralatan modern
seperti kompas, GPS, theodolit dan sebagainya. Penggunaan alat-alat modern ini
akan menjadikan arah kiblat yang kita tuju semakin tepat dan akurat. Dengan
bantuan alat dan keyakinan yang lebih tinggi maka hukum Kiblat Dzan akan
semakin mendekati Kiblat Yakin. Dan sekarang kaidah-kaidah pengukuran arah
kiblat menggunakan perhitungan astronomis dan pengukuran menggunakan alat-alat
modern semakin banyak digunakan secara nasional di Indonesia dan juga di
negara-negara lain. Bagi orang awam atau kalangan yang tidak tahu menggunakan
kaidah tersebut, ia perlu taqlid atau percaya kepada orang yang berijtihad.
Teknik Penentuan Arah Kiblat
1.
PERHITUNGAN
/ HISAB
ARAH
KIBLAT
Koordinat
Posisi Geografis
Setiap lokasi
di permukaan bumi ditentukan oleh dua bilangan yang menunjukkan kooordinat atau
posisinya. Koordinat posisi ini masing-masing disebut Latitude (Lintang) dan
Longitude (Bujur). Sesungguhya angka koordinat
ini merupakan angka sudut yang diukur dari pusat bumi sampai permukaannya. Acuan
pengukuran dari suatu tempat yang merupakan perpotongan antara garis Ekuator
dengan Garis Prime Meridian yang melewati kota Greenwich Inggris. Titik ini
berada di Laut Atlantik kira-kira 500 km di Selatan kota Accra Rep. Ghana
Afrika.

Satuan kooordinat lokasi
dinyatakan dengan derajat, menit busur dan detik busur dan
disimbolkan dengan ( °, ', " ) misalnya 110° 47’ 9” dibaca 110 derajat 47
menit 9 detik. Dimana 1° = 60’ = 3600”. Dan perlu diingat bahwa walaupun
menggunakan kata menit dan detik namun ini adalah satuan sudut dan bukan satuan
waktu.
Latitude disimbolkan dengan
huruf Yunani
φ
(phi) dan Longitude disimbolkan dengan
λ
(lamda). Latitude atau Lintang adalah garis vertikal yang menyatakan jarak sudut
sebuah titik dari lintang nol derajat yaitu garis Ekuator. Lintang dibagi
menjadi Lintang Utara (LU) nilainya positif (+) dan Lintang Selatan (LS)
nilainya negatif (-) sedangkan Longitude atau Bujur adalah garis horisontal yang
menyatakan jarak sudut sebuah titik dari bujur nol derajat yaitu garis Prime
Meridian. Bujur dibagi menjadi Bujur Timur (BT) nilainya positif (+) dan Bujur
Barat (BB) nilainya negatif (-). Untuk standard internasional angka longitude
dan latitude menggunakan kode arah kompas yaitu North (N), South(S), East (E)
dan West (W). Misalnya Yogyakarta berada di Longitude 110° 47’ BT bisa ditulis
110° 47’ E atau +110° 47’.
Ilmu Ukur Segitiga Bola
Ilmu ukur
segitiga bola atau disebut juga dengan istilah trigonometri bola (spherical trigonometri)
adalah
ilmu ukur sudut bidang datar yang diaplikasikan pada permukaan berbentuk bola
yaitu bumi yang kita tempati. Ilmu ini pertama kali dikembangkan para ilmuwan
muslim dari Jazirah Arab seperti Al Battani dan Al Khawarizmi dan terus
berkembang hingga kini menjadi sebuah ilmu yang mendapat julukan Geodesi.
Segitiga bola menjadi ilmu andalan tidak hanya untuk menghitung arah kiblat
bahkan termasuk jarak lurus dua buah tempat di permukaan bumi.
Sebagaimana
sudah disepakati secara umum bahwa yang disebut arah adalah “jarak terpendek”
berupa garis lurus ke suatu tempat sehingga Kiblat juga menunjukkan arah
terpendek ke Ka’bah. Karena bentuk bumi yang bulat, garis ini membentuk busur
besar sepanjang permukaan bumi. Lokasi Ka’bah berdasarkan pengukuran menggunakan
Global Positioning System (GPS) maupun menggunakan software Google Earth secara
astronomis berada di 21° 25' 21.04" Lintang Utara dan 39° 49' 34.04"
Bujur Timur. Angka tersebut dibuat dengan ketelitian cukup tinggi. Namun
untuk keperluan praktis perhitungan tidak perlu sedetil angka tersebut. Biasanya
yang digunakan adalah :
φ
= 21° 25’ LU dan λ
= 39° 50’ BT (1° = 60’ = 3600”)
° = derajat
‘ = menit busur dan “ = detik busur
Arah Ka’bah yang berada di
kota Makkah yang dijadikan Kiblat dapat diketahui dari setiap titik di permukaan
bumi, maka untuk menentukan arah kiblat dapat dilakukan dengan menggunakan
Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri). Penghitungan dan
pengukuran dilakukan dengan derajat sudut dari titik kutub Utara, dengan
menggunakan alat bantu mesin hitung atau kalkulator.

Untuk perhitungan arah
kiblat, ada 3 buah titik yang harus dibuat, yaitu :
1. Titik A, diletakkan
di Ka’bah (Mekah)
2. Titik B, diletakkan
di lokasi yang akan ditentukan arah kiblatnya.
3. Titik C,
diletakkan di titik kutub utara.
Titik A dan titik C adalah
dua titik yang tetap, karena titik A tepat di Ka’bah dan titik C tepat di kutub
Utara sedangkan titik B senantiasa berubah tergantung lokasi mana yang akan
dihitung arah Kiblatnya.
Bila ketiga titik
tersebut dihubungkan dengan garis lengkung permukaan bumi, maka terjadilah
segitiga bola ABC, seperti pada gambar.
Ketiga sisi segitiga ABC di
samping ini diberi nama dengan huruf kecil dengan nama sudut didepannya
masing-masing sisi a, sisi b dan sisi c.
Dari gambar di atas, dapatlah
diketahui bahwa yang dimaksud dengan perhitungan Arah Kiblat adalah suatu
perhitungan untuk mengetahui berapa besar nilai sudut K di titik B, yakni
sudut yang diapit oleh sisi a dan sisi c.
Pembuatan gambar segitiga
bola seperti di atas sangat berguna untuk membantu menentukan nilai sudut arah
kiblat bagi suatu tempat dipermukaan bumi ini dihitung/diukur dari suatu titik
arah mata angin ke arah mata angin lainnya, misalnya diukur dari titik Utara ke
Barat (U-B), atau diukur searah jarum jam dari titik Utara (UTSB).
Untuk perhitungan
arah kiblat, hanya diperlukan dua data :
1). Koordinat
Ka’bah φ
= 21o 25’ LU dan λ
= 39o 50’ BT.
2). Koordinat
lokasi yang akan dihitung arah kiblatnya.
Sedangkan data
lintang dan bujur tempat lokasi kota yang akan dihitung arah kiblatnya dapat
diambil dari berbagai sumber diantaranya : Atlas Indonesia dan Dunia, Taqwim
Standar Indonesia, Tabel Geografis Kota-kota Dunia, situs Internet maupun lewat
pengukuran langsung menggunakan piranti Global Positioning System (GPS).
Data dan Rumus
Arah Kiblat yang Digunakan
No
|
INDONESIA
|
NILAI
|
ARAB
|
INTERNASIONAL
|
SIMBOL
|
1
|
Lintang ( LU / LS )
|
+ / -
|
‘Ardul
balad
|
Latitude (U/S)
|
phi
= φ
|
2
|
Bujur ( BT / BB )
|
+ / -
|
Thulul balad
|
Longitude (E/W)
|
lambda
=
λ
|
Data geografis Ka’bah di
Makkah :
φ
= 21° 25’ LU dan λ
= 39° 50’ BT
(diringkas)

Dalam ilmu segitiga
bola terdapat banyak sekali rumus yang dapat digunakan untuk menghitung arah
kiblat serta menghitung jarak dari ka’bah ke lokasi tertentu.
Contoh :
Menghitung Arah Kiblat Yogyakarta dengan
Markaz Masjid Syuhada
Data Koordinat
Geografis : φ
t = -7° 47' (LS) dan
λt
= 110° 22' (BT)
Hasil Perhitungan
:
sin ( 110° 22’ - 39° 50’)
tg K =
---------------------------------------------------------------------------
cos -7° 47’ . tg 21° 25
-
sin -7° 47’ . cos
( 110°
22’ - 39° 50’)
0,942835532
tg K =
---------------------------------------------------------------------------------
0,990787276 . 0,392231316
- (-0,135427369) . 0,333258396
0,942835532 0,942835532
tg K =
-------------------------------------------
-->
tg K = -------------------
0,388617797
-
(-0,045132307)
0,433750104
tg K = 2,173683703
-->
K = 65,29527469 °
-->
K = 65° 17’ 42.99”
Jadi Arah
Kiblat Masjid Syuhada 65° 17’ 42.99” dihitung dari titik Utara Sejati ke Arah
Barat atau jika dihitung dari arah Barat ke Utara sebesar 24° 42’ 17,01” atau
24,7° .
Dalam prakteknya angka
arah kiblat ini diwakilkan dalam angka skala kompas dengan pandual nol derajat
di titik Utara sehingga angka arah kiblat menurut kompas adalah :
KK = 360° - 65,3 °
= 294, 7 °
Dari hasil perhitungan
dengan rumus tersebut di atas, kota-kota yang sudah diketahui lintang dan
bujurnya akan dapat diketahui pula arah kiblatnya secara tepat menggunakan rumus
segitiga bola tersebut. Data koordinat geografis beberapa kota besar di
Indonesia dan kecamatan se DIY terdapat dalam lampiran.
Untuk melakukan
perhitungan secara manual dapat dilakukan menggunakan alat yang paling sederhana
yang disebut “Rubuk Mujayyab”. Alat yang berbentuk seperempat lingkaran ini
merupakan alat peninggalan jaman Al Khawarizmi 14 abad yang lalu. Alat ini
ternyata memiliki kemampuan melakukan hitungan trigonometri. Alat ini juga dapat
dengan mudah kita buat sendiri.
Selanjutnya daftar
logaritma juga bisa digunakan namun sebaiknya mengunakan kalkulator yang
memiliki fungsi trigonometri Sinus, Cosinus dan Tangen juga memori penyimpanan
cukup banyak sehingga angka-angka yang telah didapatkan bisa disimpan.
Kalkulator yang disarankan untuk melakukan hitungan arah kiblat juga adalah
kalkulator yang memiliki kemampuan melakukan programming agar hitungan terhadap
banyak data arah kiblat menjadi lebih cepat. Disarankan juga menggunakan
kalkulator yang memiliki layar dot matrix dual line yaitu memiliki dua baris
tampilan layar terpisah antara proses dan hasilnya. Kalkulator jenis ini
misalnya KARCHE
4600SX, KARCE 4650P, CASIO FX3600SP, CASIO fx4500P dsb.

Peta Arah Kiblat di
DI. Yogyakarta dan sekitarnya (sumber: BHR DIY)
Perlu diketahui bahwa akibat
yang akan terjadi karena serongnya arah kiblat terhadap ka'bah yang hanya
berukuran 12 x 10.5 x 15 meter serta jauhnya jarak dari Indonesia yaitu sekitar
8000 km à
maka selisih 1° akan menyebabkan pergeseran sebesar 126 kilometer di
Utara atau Selatan Ka’bah itu sendiri.
Terdapat berbagai macam kaidah atau
cara yang dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat baik untuk
menyemakan arah kiblat masjid, langgar / surau / musholla maupun arah
kiblat untuk shalat di dalam rumah. Kaidah tersebut meliputi kaidah
tradisional maupun kaidah baru menggunakan peralatan modern.
2.
PENGUKURAN ARAH KIBLAT
Kaidah Arah Kiblat Tradisional
■ Istiwa A'zam -
Matahari Istiwa di Atas Ka'bah
Kejadian saat posisi matahari istiwa (kulminasi) tepat di atas Ka'bah
terjadi dua kali
setahun yaitu pada setiap tanggal 28 Mei sekitar pukul 16.18 WIB dan
pada 16 Juli sekitar jam 16.28 WIB. Ketika matahari istiwa di atas Ka'bah, bayang-bayang objek tegak di seluruh
dunia akan lurus ke arah kiblat.

Kedudukan matahari di atas Ka'bah yang menyebabkan bayangan tegak
diseluruh dunia searah kiblat.
Panduan untuk menentukan arah kiblat dari sesuatu tempat pada tanggal dan jam yang telah ditentukan diatas:
-
Dirikan sebuah tiang di sekitar lokasi yang hendak diukur arah kiblatnya.
-
Pastikan tiang tersebut tegak dan lurus. Untuk meyakinkan posisi tegakknya dapat diukur menggunakan bandul yang tergantung pada seutas tali.
-
Tempat yang dipilih untuk pengukuran ini tidak boleh terlindung dari ahaya matahari. Oleh karena matahari berada di Barat, maka bayangan akan kearah Timur, maka arah kiblat ialah bayang yang menghadap ke Barat.
■ Menggunakan Rasi Bintang (Konstelasi)
Rasi Bintang ialah sekumpulan bintang yang berada di suatu kawasan langit
serta mempunyai bentuk yang hampir sama dan kelihatan berdekatan antara
satu sama lain. Menurut International Astronomical Union ( IAU ), kubah
langit dibagi menjadi delapan puluh delapan (88) kawasan rasi bintang.
Bintang-bintang yang berada disuatu kawasan yang sama adalah dalam satu
rasi. Masyarakat dahulu telah menetapkan sesuatu rasi bintang mengikuti
bentuk yang mudah mereka kenal pasti seperti bentuk-bentuk binatang dan
benda-benda. Dengan mengetahui bentuk rasi tertentu, arah mata angin dan
arah Kiblat dari suatu tempat dapat ditentukan.
Rasi Orion (Al-Babudur)
Pada
rasi ini terdapat tiga bintang yang berderet yaitu Mintaka, Alnilam dan
Alnitak. Arah Kiblat dapat diketahui dengan mengunjurkan arah tiga
bintang berderet tersebut ke arah Barat. Rasi Orion akan berada di langit
Indonesia ketika waktu subuh pada Juli dan kemudian akan kelihatan lebih
awal pada
bulan Desember. Pada bulan Maret Rasi Orion akan berada ditengah-tengah
langit pada waktu Maghrib.

Bentuk Rasi Orion dan Penentuan Arah Kiblat.
Menggunakan kedudukan
Bintang Al-Qutbi / Kutub (Polaris)
Bintang-bintang akan kelihatan mengelilingi pusat kutub yang
ditunjukkan oleh bintang kutub (Polaris). Oleh itu bintang ini menunjukkan arah
Utara benar dari manapun di muka bumi ini. Bintang kutub terletak
dalam buruj al-judah ( Rasi Bajak / Ursa Minoris ) dan rasi ini
hanya dapat dilihat oleh masyarakat di bagian Utara katulistiwa pada tengah malam pada bulan Juli hingga Desember
setiap tahun. Kedudukan bintang kutub bisa dikenali berdasarkan bentuk
rasi bintang ini.

Rasi
Al-Judah ( Bajak / Ursa Minoris )
Arah
kiblat yang sesusai ditentukan berdasarkan perbedaan sudut sekitar 65°' (
Jawa/Sumatra ) ke kiri dari kedudukan bintang kutub seperti yang ditunjukkan
dalam gambar. Gunakanlah petunjuk sudut dengan jari untuk menentukan nilai
bukaan sudut.

Panduan jari untuk perkiraan
nilai sudut.
■ Kaidah Matahari Terbenam
Secara umum jika kita
merujuk kepada kedudukan matahari terbenam untuk tujuan penentuan arah
kiblat adalah tidak tepat. Ini disebabkan arah matahari terbenam di
Indonesia akan berubah-ubah dari azimut 246 hingga 293. Walau bagaimanapun
sebagai salah satu daripada langkah berijtihad, arah matahari terbenam
dapat digunakan sekiranya diketahui perbedaan sudut di antara arah
matahari dengan arah kiblat. Ada posisi istimewa terbenamnya matahari
terlihat dari Indonesia yaitu saat matahari berada di Katulistiwa
(Ekuator) yang disebut dengan peristiwa ekuinox dan saat matahari berada
di Titik balik Utara/Selatan yang disebut Solstice.
Kaidah Penentuan Arah
Kiblat Modern
■ Menggunakan Kompas
Penandaan arah kiblat dengan kompas banyak diamalkan di kalangan
masyarakat Islam masa kini. Arah yang ditunjukkan oleh kompas adalah arah
yang merujuk kepada arah utara magnet. Arah utara magnet ternyata tidak
mesti sama dengan arah utara sebenarnya. Perbedaan arah utara ini disebut
sebagai sudut serong magnet atau deklinasi yang juga berbeda diseiap
tempat dan selalu berubah sepanjang tahun. Satu lagi masalah yang bisa
timbul dari menggunakan kompas ialah tarikan gravitasi setempat dimana ia
terpengaruh oleh bahan-bahan logam atau arus listrik di sekeliling kompas
yang digunakan. Namun ia dapat digunakan sebagai alat alternatif sekiranya
alat yang lebih teliti tidak ada.

■ Menggunakan Theodolit
Teodolit merupakan antara alat termoden yang dapat digunakan oleh
kebanyakaan pihak yang melakukan kerja menentukan arah kiblat. Theodolit
dapat digunakan untuk mengukur sudut secara mendatar dan tegak, dan juga
memberi memiliki akurasi atau ketelitian yang cukup tinggi dan tepat.
Untuk mengendalikan alat ini diperlukan operator yang terlatih dan
menguasai teknik penggunaan theodolith secara benar.

■ Kaidah Posisi Matahari pada
Azimuth Kiblat
Dalam peredarannya, matahari
mengalami gerak yang disebut gerak harian matahari atau gerak musim. Pada
hari-hari tertentu terlihat dari sebuah wilayah maka posisi matahari akan
bertepatan dengan azimuth arah kiblat dari wilayah tersebut. Dengan
menggunakan perhitungan rumus segitiga bola dan rumus mencari posisi
azimuth matahari akan diketahui kapan matahari akan memiliki azimuth yang
sama dengan arah kiblat.
PERMASALAHAN PENENTUAN ARAH KIBLAT DI INDONESIA
Terdapat beberapa faktor penyebab sehingga arah kiblat dianggap tidak
penting. Selain itu sering terjadinya konflik berkaitan isu pengukuran
arah kiblat yang benar. Diantara penyebab itu misalnya:
■ Tidak ada
kepedulian
Terdapat sebagian umat Islam yang mengambil sikap acuh dan
menganggap kelonggaran yang diberikan oleh hukum syar'a yang membenarkan
cukup hanya menggunakan kaidah qiblat secara dzani saja. Masalah ini
berkaitan
dengan Al-Quran Surat Al Baqarah ayat 144 yang berbunyi :

" Maka kami benarkan engkau berpaling mengadap kiblat yang
engkau sukai. Oleh itu palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram dan dimana saja kamu berada hadapkanlah mukamu ke
arahnya ".
Perlu diketahui bahwa akibat yang akan terjadi karena serongnya arah
kiblat terhadap ka'bah yang hanya seluas 12 x 10.5 x 15 meter serta jarak
yang jauh dari Indonesia sekitar 8000 km, maka selisih 1° akan menyebabkan
pergeseran sebesar 140 kilometer di Utara atau Selatan Mekkah.
■ Kurangnya Pengetahuan
Masyarakat
Kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai kaidah penentuan arah kiblat baik secara tradisional
maupun modern menyebabkan banyak sekali terdapat kekeliruan terhadap
kenyataan arah kiblat yang ada di masyarakat.
Kebanyakkan umat Islam sekarang lebih cenderung menggunakan kiblat masjid mengikut tradisi
lama yaitu dari generasi ke generasi dan tidak pernah dikur ulang ketepatannya. Begitu juga dalam menentukan arah
kiblat di pemakaman, bahkan hanya ditentukan oleh penggali kubur, padahal mereka juga
tidak begitu mahir dalam menentukan arah yang tepat ke kiblat.
■ Ketiadaan peralatan moden
untuk melakukan pengukuran
Sewajarnya umat Islam perlu memiliki alat sekurang-kurangnya kompas untuk
menetukan arah kiblat. Selain itu juga amat perlu untuk mempunyai
kesadaran tentang pentingnya ilmu falak bagi menghindari kesalahan dalam
menentukan ketepatan arah kiblat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
pembentukan organisasi atau badan-badan yang
bertanggungjawab seperti Badan Hisab Rukyat dan juga lembaga-lembaga
Falak yang dimiliki organisai-organisasi Islam di Indonesai merupakan
bagian yang
dipertangungjawabkan untuk membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan arah kiblat. Semoga dengan tindakan yang kita lakukan akan memberi
keyakinan terhadap ibadah yang kita lakukan dan mendapat keridhaan Ilahi.
Akhirnya, semoga risalah kecil ini akan mampu memberi kefahaman
kepada kita tentang pentingnya ketepatan dalam menentukan arah kiblat yang
menjamin sahnya ibadah kita. Kesadaran kita adalah amat penting dan rasa
bertanggungjawab untuk memastikan bahwa amalan yang dilakukan berada dalam
keadaan yakin dan seandainya
masih ada keraguan-keraguan tidak ada salahnya untuk meminta bantuan
kepada lembaga-lembaga falak yang ada.
Kontribusi dari : Bahagian Falak Syarie
Jabatan Mufti Negeri Selangor
Alat Pengukur Arah Kiblat
Alat
pengukur arah kiblat pada prinsipnya adalah alat yang dapat mengetahui arah mata
angin. Terdapat beberapa jenis alat yang biasa digunakan untuk mengukur arah
kiblat misalnya :
1.
Kompas Magnetik
Kompas ini
adalah paling banyak digunakan untuk keperluan memandu arah mata angin. Kini
bermacam-macam jenis kompas magnetik dijual di pasaran. Kompas magnetik bekerja
berdasarkan kemuatan magnet bumi yang membuat jarum magnet yang terdapat pada
jenis kompas megnetik ini selalu menunjuk ke arah Utara dan Selatan. Beberapa
jenis dari kompas ini memiliki harga yang murah namun ketelitiannya kurang.
Kompas magnetik yang memiliki ketelitian cukup tinggi namun harganya cukup mahal
diantaranya jenis Suunto, Forestry Compass DQL-1, Brunton, Marine, Silva, Leica,
Furuno dan Magellan. Beberapa jenis kompas yang dijual di pasaran terutama jenis
military compass terbukti banyak menunjukkan penyimpangan antara 1°
hingga 10° dari angka yang ditunjukkan oleh jarumnya. Karena kelemahan utama
kompas jenis magnetik adalah ia begitu mudah terpengaruh oleh benda-benda yang
bermuatan logam sehingga sangat tidak dianjurkan menggunakan kompas jenis ini
masuk ke dalam bangunan yang mengandung banyak besi-besi beton. Kompas magnetik
dalam praktisnya juga sangat dipengaruhi oleh medan magnetik lokal dan deklinasi
magnetik secara global. Di sekitar wilayah DIY angka deklinasi magnetik dapat
menyerongkan kompas hingga mencapai 1° ke arah Barat. Sehingga pada setiap
pengukuran angka pada kompas magnetik harus dikurangi angka deklinasi tersebut.
Kalibrasi Kompas
Yang paling
penting peralatan kompas yang menggunakan sistem magnet tersebut harus
dilakukan kalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi adalah membandingkan hasil
pengukuran suatu alat dengan alat lain yang dijadikan standard. Kalibrasi
tentunya harus menggunakan peralatan yang lebih teliti misalnya menggunakan
piranti Global Positioning System (GPS) atau piranti Theodolit. Kalibrasi juga
dapat dilakukan dengan menggunakan arah matahari terbit maupun terbenam pada
saat-saat tertentu misalnya saat matahari terbit dan terbenam di arah Timur dan
Barat tepat yaitu saat peristiwa yang disebut Ekuinox yang terjadi setiap
tanggal 21 Maret dan 23 September. Juga dapat dilakukan dengan mengukur masjid
yang sudah sesai arah kiblatnya misalnya masjid Syuhada dan Masjid Kampus UGM
dan masjid Jendral Sudirman. Sementara shaff masjid besar Kauman juga dapat
digunakan sebagai kalibrator terhadap kompas yang kita miliki. Arah yang
ditunjukkan oleh kompas saat melakukan kalibrasi dapat dipergunakan untuk
melakukan pengukuran terhadap masjid-masjid lain di sekitarnya.
2.
Kompas Digital
Adanya
perkembangan dalam bidang teknologi memungkinan kompas tidak lagi menggunakan
sistem magnetik yang ternyata memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Kini
telah banyak dibuat model kompas dengan menggunakan sistem digital dan dipandu
langsung oleh keberadaan satelit yang banyak beterbaran di atas langit kita.
Sistem pemandu ini dinamakan Global Positioning Sistem (GPS). Salah satunya
adalah aplikasi yang dimiliki oleh salah satu merk ponsel terkenal. Dengan
menginstall aplikasi tertentu maka ponsel tersebut tidak hanya dapat digunakan
sebagai sarana komunikasi serta hiburan lewat tayangan film dan musiknya namun
ponsel tersebut kini dapat berfungsi sebagai kompas yang dapat memandu langsung
posisi arah kiblat secara presisi dimanapun kita berada. Bahkan ia juga
dilengkapi dengan fitur jadwal shalat dan secara ortomatis akan mengumandangkan
adzan saat waktu shalat tiba. Tidak hanya ponsel, aplikasi arah kiblat kini juga
dikemas dalam sebuah jam tangan maupun gantungan kunci yang mampu menunjukkan
arah kiblat secara presisi
Selain itu
kini telah banyak dipasarkan Digital Prayer Time Keeping sebuah alat yang
sebesar kalkulator saku yang berfungsi sekaligus mengetahui jadwal waktu shalat,
memperdengarkan adzan, menunjukkan arah kiblat, menampilkan kalender Hijriyah
dan Masehi serta dapat memperdengarkan alunan ayat suci Al Qur’an. Teknik
penggunaan peralatan tersebut tidak dibahas di sini.
3.
Global Positioning Sistem (GPS)
Global Positioning
System (GPS) adalah suatu sistem pemandu arah (navigasi) yang memanfaatka
teknologi satelit. Penerima GPS memperoleh sinyal dari beberapa satelit yang
mengorbit bumi. Satelit yang mengitari bumi pada orbit pendek ini terdiri dari
24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3 buah satelit sebagai cadangan.
Dengan posisi orbit tertentu dari satelit-satelit ini maka satelit yang melayani
GPS bisa diterima diseluruh permukaan bumi dengan penampakan antara 4 sampai 8
buah satelit. GPS dapat memberikan informasi posisi, ketinggian dan waktu dengan
ketelitian sangat tinggi. Nama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS (Navigational
Satellite Timing and Ranging Global Positioning System; ada juga yang
mengartikan "Navigation System Using Timing and Ranging.") Dari perbedaan
singkatan itu, orang lebih mengenal cukup dengan nama GPS. Dan GPS mulai
diaktifkan untuk umum tahun 1995.
Kini telah banyak
merk-merk GPS yang beredar di pasaran. Diantaranya yang cukup dikenal adalah GPS
Garmin, Magellan, Navman, Trimble,
Leica, Topcon dan Sokkia. GPS Garmin
seri Vista Cx contohnya memiliki banyak fitur. Kecuali ia mampu memberikan
informasi posisi secara akurat termasuk ketinggian di atas muka air laut alat
ini memiliki fitur kompas yang juga sangat akurat. Kelebihan dari kompas yang
dimiliki oleh GPS ini adalah ia tidak dipengaruhi oleh medan magnetik baik
deklinasi magnetik bumi maupun medan magnet lokal serta dapat memandu arah
secara akurat karena dipandu oleh sinyal dari satelit. Alat ini tentunya sangat
membantu saat dilakukan pengukuran arah kiblat. Cuma untuk sekarang harga alat
ini masih tergolong mahal.
4.
Theodolit
Theodolit adalah alat
yang digunakan untuk mengukur sudut horisontal (Horizontal Angle = HA) dan sudut
vertikal (Vertical Angle = VA). Alat ini banyak digunakan sebagai piranti
pemetaan pada survey geologi dan geodesi. Dengan berpedoman pada posisi dan
pergerakan benda-benda langit misalnya matahari sebagai acuan atau dengan
bantuan satelit-satelit GPS maka theodolit akan menjadi alat yang dapat
mengetahui arah secara presisi hingga skala detik busur (1/3600 °).
Theodolit terdiri dari
sebuah teleskop kecil yang terpasang pada sebuah dudukan. Saat teleskop kecil
ini diarahkan maka angka kedudukan vertikal dan horintal akan berubah sesuai
perubahan sudut pergerakannya. Setelah theodolit berskala analog maka kini
banyak diproduksi theodolit dengan menggunakan teknologi digital sehingga
pembacaan skala jauh lebih mudah. Beberapa merk theodolit misalnya Nikon,
Topcon, Leica, Sokkia
Pointing Titik Utara
Sejati
Untuk pengukuran arah
kiblat maka yang diperlukan hanya skala sudut horisontalnya atau Horizontal
Angle (HA). Hal paling penting dalam penggunaan theodolit saat digunakan sebagai
pemandau arah kiblat adalah pointing terhadap titik Utara sejati sebagai acuan
terhadap perubahan sudut yang ditunjukkan oleh skala horisontalnya atau yang
disebut “Azimuth”, sementara untuk menjadikan bagian skala vertikal atau
“Altitude” juga akurat maka kedudukan alat saat kalibrasi harus benar-benar
datar. Pointing terhadap titik Utara bisanya dilakukan dengan mengarahkan
theodolit ke matahari dan dicari berapa azimuth matahari saat itu untuk
dicocokkan sehingga bisa diketahui arah utara sejatinya (True North). Pointing
juga bisa dilakukan dengan menggunakan kompas yang biasanya terpasang di atas
theodolit.
Pengukuran arah kiblat
menggunakan theodolit dirasakan sulit terutama terkendala oleh sulitnya
melakukan pointing terhadap titik Utara Sejati apalagi posisi matahari yang
dijadikan target sudah tinggi di atas kepala atau bahkan kompas yang biasanya di
atas theodolit sering tidak presisi. Untuk itu diperlukan teknisi yang menguasai
betul penggunaan alat ini kecuali harganya yang juga termasuk sangat mahal.
5. Total Station
Alat ini merupakan
langkah maju dan modernisasi dari theodolit. Total Station dilengkapi dengan
piranti Global positioning System (GPS) sebagai pemandu arah dan posisi serta
peningkatan dalam hal akurasi. Alat ini juga dilengkapi dengan penjejak jarak
otomatis menggunakan laser. Pada teleskopnya juga dilengkapi dengan sensor CCD
sehingga saat pembidikan cukup dilihat lewat layar monitor. Alat ini bahkan
mampu menyimpan data-data hasil pengukuran dalam memorinya yang sudah serba
komputerisasi.
Untuk pengukuran arah
kiblat alat ini akan langsung mencari sendiri kemana arah kiblat dan arah shaff
shalat langsung dari dalam bangunan masjid dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Beberapa merk Total Station misalnya Nikon, Topcon, Leica, Sokkia dan Horizon.
Jangan bertanya mengenai harga alat ini sebab yang jelas sangat berat untuk
kantong kita pribadi.
Sumber Terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar