
"Proses metabolisme yang kompleks dalam tanaman ini memiliki efek samping pembersihan atmosfer kita."
Tumbuh-tumbuhan
memainkan peran tak terduga besarnya dalam membersihkan atmosfer,
demikian penemuan studi terbaru. Penelitian yang dipimpin oleh para
ilmuwan di Pusat Nasional Penelitian Atmosfer (NCAR) di Boulder,
Colorado, menggunakan observasi, studi ekspresi gen, dan pemodelan
komputer untuk menunjukkan bahwa daun tanaman mampu menyerap sekitar
lebih sepertiga bahan kimia polusi udara, lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Studi
terbaru, yang diterbitkan pekan ini di Science Express, dilakukan
bersama dengan para rekan penulis dari Universitas Northern Colorado dan
Universitas Arizona. Sebagian didukung oleh National Science Foundation
(NSF), sponsor NCAR.
“Tanaman
membersihkan udara kita ke tingkat yang lebih besar daripada yang kita
sadari sebelumnya,” kata ilmuwan NCAR, Thomas Karl, pemimpin penulis
makalah. “Mereka secara aktif mengkonsumsi jenis tertentu dari polusi
udara.”
Tim peneliti berfokus pada
kelas bahan kimia yang dikenal sebagai senyawa oksigen organik, suatu
senyawa yang mudah menguap (oVOCs), dan dapat memiliki dampak jangka
panjang terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
“Tim
ini telah membuat kemajuan yang signifikan dalam memahami interaksi
kompleks antara tanaman dan atmosfer,” kata Anne-Marie Schmoltner dari
Divisi Ilmu Atmosfer dan Geo-Ruang Angkasa NSF, yang mendanai
penelitian tersebut.
Senyawa-senyawa
membentuk secara melimpah di atmosfer dari hidrokarbon dan bahan kimia
lainnya yang dihasilkan dari sumber alam – termasuk tanaman – dan
sumber-sumber yang terkait dengan kegiatan manusia, termasuk kendaraan
dan bahan konstruksi.
Senyawa-senyawa membantu membentuk kimia atmosfer dan mempengaruhi iklim.
Akhirnya,
beberapa oVOCs berevolusi menjadi partikel udara kecil, yang dikenal
sebagai aerosol, yang memiliki efek penting pada awan dan kesehatan
manusia.
Dengan mengukur tingkat oVOC
di sejumlah ekosistem di Amerika Serikat dan negara-negara lain, para
peneliti menentukan bahwa tanaman gugur tampaknya menyerap senyawa pada
tingkat yang tak terduga cepatnya – empat kali lebih cepat daripada yang
diperkirakan sebelumnya.
Serapan itu
terutama lebih cepat di dalam hutan lebat dan paling terjadi di dekat
bagian atas kanopi hutan, mencapai sebanyak 97 persen serapan oVOC yang
diamati.
Karl beserta rekan-rekannya
kemudian menangani sebuah pertanyaan lanjutan: Bagaimana tanaman
menyerap sejumlah besar bahan kimia ini?
Para
ilmuwan memindahkan penelitian mereka ke dalam laboratorium dan
terfokus pada pohon poplar. Spesies tanaman ini menawarkan keuntungan
yang signifikan, di mana genomnya sudah diurutkan.
Tim
menemukan bahwa ketika pohon-pohon studi berada di bawah tekanan, baik
karena terluka fisik atau karena kontak dengan sebuah iritasi seperti
polusi ozon, mereka secara tajam mulai meningkatkan penyerapan oVOCs.
Pada
saat yang sama, perubahan yang terjadi pada tingkat ekspresi gen
tertentu menunjukkan peningkatan aktivitas metabolik dalam pohon poplar.
Para ilmuwan menyimpulkan, penyerapan oVOCs ini tampaknya menjadi bagian dari siklus metabolik yang lebih besar.
Tanaman
dapat memproduksi bahan kimia untuk melindungi diri dari iritasi dan
mengusir kolonisasi seperti serangga, sama seperti tubuh manusia dapat
meningkatkan produksi sel darah putih sebagai reaksi terhadap infeksi.
Tetapi bahan-bahan kimia ini, jika diproduksi dalam jumlah yang cukup, dapat menjadi racun bagi tanaman itu sendiri.
Dalam
rangka untuk memetabolisme zat-zat kimia, tanaman mulai menaikkan
tingkat enzim yang mengubah bahan kimia menjadi zat yang kurang beracun.
Pada saat yang sama, ternyata, tanaman menarik lebih banyak oVOCs, yang dapat dimetabolisme oleh enzimnya.
“Hasil
kami ini menunjukkan bahwa tanaman benar-benar dapat menyesuaikan
metabolisme mereka dan meningkatkan penyerapan kimia atmosfer sebagai
respon terhadap berbagai jenis tekanan,” kata Chhandak Basu dari
Universitas Northern Colorado, dan rekan penulis makalah.
“Proses metabolisme yang kompleks dalam tanaman ini memiliki efek samping pembersihan atmosfer kita.”
Setelah
mereka memahami sejauh mana tanaman menyerap oVOCs, tim peneliti
memasukkan informasi ke dalam sebuah model komputer untuk mensimulasikan
bahan kimia pada atmosfer di seluruh dunia.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, pada tingkat global, tanaman menyerap
oVOCs hingga 36 persen lebih banyak dari yang sebelumnya telah
diperhitungkan dalam studi kimia atmosfer.
Selain itu, karena tanaman secara langsung mengeluarkan oVOCs, sedikit dari senyawanya berkembang menjadi aerosol.
“Ini benar-benar mengubah pemahaman kita tentang beberapa proses dasar yang terjadi di atmosfer kita,” ujar Karl.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar